BLORA, KOMPAS.TV – Bendungan Randugunting di Desa Kalinanana, Kecamatan Japah, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, ditargetkan siap impounding atau pengisian awal pada November 2021.
Hal itu disampaikan oleh Kepala SNVT (Satuan Non Vertikal Tertentu) Pembangunan Bendungan BBWS Pemali Juana I Gusti Ngurah Carya Andi Baskara, melalui keterangan tertulis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Minggu (24/10/2021).
Menurutnya, kontrak pembangunan bendungan tersebut hingga November 2022, namun ditargetkan pada November 2021 sudah siap impounding.
"Meskipun sesuai kontrak masih sampai November 2022, kami terus mempercepat penyelesaian, sehingga ditargetkan pada November 2021 ketika konstruksi sudah di atas 95% siap impounding. Diharapkan nanti Maret 2022 tinggi permukaan air sudah memenuhi kapasitas bendungan," jelasnya.
Dia menambahkan, tujuan utama pembangunan bendungan Randugunting adalah untuk menjaga ketersediaan air di daerah Blora yang terkenal memiliki intensitas hujan rendah.
Bendungan ini dibangun untuk menangkap air Daerah Aliran Sungai (DAS) Randugunting di Wilayah Sungai (WS) Jratunseluna selanjutnya dikendalikan agar dapat dimanfaatkan pada saat dibutuhkan, khususnya mengairi lahan irigasi pada musim kemarau.
Baca Juga: Berlokasi di Tanah Adat, Warga Desa Tolak Pembangunan Bendungan Lambo
"Rata-rata curah hujan di sini berkisar antara 2.000-3.000 mm per tahun, berbeda dengan Bogor yang memiliki curah hujan sekitar 5.000 mm per tahun. Jadi fungsi utama bendungan ini memang untuk menjaga ketersediaan air irigasi, khususnya di daerah-daerah kering di Blora dan Rembang," ujar Gusti.
Sementara, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan pembangunan Bendungan Randugunting merupakan salah satu Program Strategis Nasional (PSN) di bidang Sumber Daya Air dalam mendukung ketersediaan air dan ketahanan pangan di Provinsi Jawa Tengah.
"Kunci dari pertanian adalah ketersediaan air. Kita ingin tingkatkan produktivitasnya dengan ketersediaan air yang berkelanjutan dari bendungan," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, seperti dilansir laman resmi Kementerian PUPR.
Diketahui, Bendungan Randugunting memiliki luas genangan 187,19 hektare dengan kapasitas tampung 14,42 juta m3.
Bendungan ini nantinya akan mengairi lahan pertanian di Kabupaten Blora dan Rembang melalui Daerah Irigasi (DI) Kedungsapen seluas 630 hektare, dengan pola tanam padi-padi-palawija.
Bendungan multifungsi ini juga dimanfaatkan untuk pengendalian banjir saat musim hujan dengan menahan laju air Sungai Banyuasin sebesar 81,42 m3 per detik.
Konstruksi Bendungan Randugunting didesain dengan tipe zonal inti tegak dengan tinggi 31 meter, panjang puncak 363,3 meter, dan lebar 10 meter. Progres pembangunan bendungan yang telah dibangun sejak tahun 2018 ini hingga 21 Oktober 2021 sudah mencapai 85,7% dengan masa kontrak berakhir November 2022.
Baca Juga: Warga Nagekeo NTT Tolak Pembangunan Bendungan Karena Akan Kehilangan Tempat Tinggal
Kepala BBWS Pemali Juana, Muhammad Adek Rizaldi, menambahkan selain fungsi irigasi dan pengendali banjir, Bendungan Randugunting yang berjarak sekitar 148 km dari Kota Semarang juga diproyeksikan untuk mendukung penyediaan air baku di Kabupaten Blora sebesar 100 liter per detik dan Pati 50 liter per detik serta pengembangan pariwisata air dan agrowisata di Kabupaten Blora.
Sementara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Bendungan Randugunting Wahyu Apri Yoga menjelaskan, proses pembangunan Bendungan Randugunting dilaksanakan dengan memberdayakan masyarakat sekitar untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak membutuhkan alat berat, misalnya menyusun batu urugan dan pembangunan fasilitas.
"Kami menggunakan skema Padat Karya Tunai (PKT) yang melibatkan masyarakat/warga setempat sebagai pelaku pembangunan. Skema ini bertujuan untuk mengurangi angka pengangguran dampak dari Pandemi Covid-19," ujar Wahyu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.