JEMBER, KOMPAS.TV - Seorang kakek di Jember Jawa Timur tega menggorok leher tetangganya sendiri hingga tewas, karena tersinggung dengan suara batuk. Lalu kenapa persoalan sepele seperti itu bisa memicu pembunuhan. Jurnalis KompasTV, Angga Wisudawan dan Ronaldus Seda mencoba menelusurinya.
Jumat sore, tepatnya 2 Juli lalu, warga Dusun Dam Saola, Desa Tegalrejo, Kecamatan Mayang, Kabupaten Jember digegerkan dengan peristiwa pembunuhan. Korbannya bernama Misran, usia 50. Ia tewas dibunuh oleh tetangganya sendiri, yakni Hasan, usia 70 tahun.
Peristiwa itu berawal saat korban sedang bercengkrama dengan tamunya bernama Karno di gardu depan rumahnya. Di tengah perbincangan itu, Karno tiba-tiba batuk dan suara batuknya ternyata membuatnya Hasan tersinggung.
Hasan yang yang terbakar api amarah langsung mengambil celurit dan mengasahnya dengan batu asah. Di saat bersamaan, Karno yang batuk pamit pulang kepada korban. Namun di saat Karno pulang, muncullah hasan yang tiba-tiba menghampiri korban dan langsung membacok lehernya. Anehnya sebelum membacok korban, pelaku terlebih dahulu meminta maaf.
Baca Juga: Seorang Kakek Bunuh Tetangga Karena Tersinggung Suara Batuk
Kapolsek Mayang, Iptu Bejuel Nasution mengatakan bahwa Misran merupakan korban salah sasaran, karena yang batuk adalah Karno. Sebuah fakta lain juga terungkap, bahwa pelaku merupakan residivis dengan kasus serupa, yakni pembunuhan yang dipicu salah paham suara batuk, pada tahun 1974.
Saat tim Jurnalis KompasTV menemui tersangka di ruang penyidik Polsek Mayang, terlihat tidak ada penyesalan di raut wajah pelaku. Kepada KompasTV, pelaku mengaku tersinggung dengan suara batuk yang didengarnya. Ia beranggapan bahwa suara batuk dibuat-buat untuk mengejek dirinya.
Setelah mengetahui kronologi serta motif pembunuhan, tim Jurnalis KompasTV menuju tempat kejadian perkara di Dusun Dam Saola, Desa Tegalrejo, Kecamatan Mayang. Untuk mengetahui bagaimana keseharian pelaku di lingkungan sekitar, tim Jurnalis KompasTV berbincang dengan saksi mata, yakni Budi Rasyid dan istri korban, Devi alias Tacik.
Menurut Budi Rasyid, pelaku Hasan memang terkenal sensitif terhadap suara batuk. Warga sekitar senang ketika mengetahui Hasan ditahan, pasalnya selama ini warga ketakutan dan sering diancam karena batuk.
Hal yang sama disampaikan oleh istri korban, Devi alias Tacik. Ia menyebut suaminya tidak pernah terlibat masalah dengan pelaku. Bahkan sebelumnya, pelaku dan korban sempat bertransaksi jual beli kayu. Pembunuhan itu memang murni perbuatan pelaku yang tempramen dan mudah tersinggung.
Baca Juga: Gara-Gara Dengar Suara Batuk, Lansia di Jember Nekat Celurit Tetangga Sendiri hingga Tewas
Peristiwa pembunuhan yang membuat nyawa seseorang melayang ini menjadi sorotan publik. Seorang psikolog dari Universitas Jember, Erdi Istiaji, menyebut pembunuhan itu dipicu faktor traumatis pelaku, yang diperparah dengan sikap tertutup hingga membuatnya semakin mudah tersinggung.
Erdi menjelaskan bahwa ketidakstabilan emosi memang kerap dialami oleh setiap orang. Namun setiap individu dituntut pandai menempatkan diri dalam bersosialisasi agar jangan sampai persoalan sepele berujung pada pembunuhan.
Kini di usianya yang senja, kakek Hasan mendekam di balik jeruji. Ia dijerat pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman mati atau seumur hidup.
#Pembunuhan #Jember #Psikolog
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.