LOMBOK TIMUR, KOMPAS.TV - Menteri Parawisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mendorong agar Tenun Pringgasela, salah satu hasil tenunan lokal Lombok Timur, dapat terus dilestarikan.
Hal tersebut disampaikan Sandiaga saat meninjau langsung Desa Pringgasela, Lombok Timur, Sabtu (8/5/2021).
"Dalam kunjungan ini, saya mendorong agar Tenun Pringgasela dapat terus dilestarikan. Salah satunya adalah dengan pemanfaatan platform digital, masuk dalam ekosistem marketplace," tulis mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu di akun Twitternya, Sabtu (8/5/2021).
Meninjau langsung Desa Pringgasela di Lombok Timur yang terkenal dengan kerajinan tenunnya. Kemampuan menenun masyarakat di desa ini telah menjadi budaya turun menurun, dan dimanfaatkan oleh kaum perempuan sebagai mata pencaharian. pic.twitter.com/oxzButHFaH
— Sandiaga Salahuddin Uno (@sandiuno) May 8, 2021
Dalam kesempatan kunjungan tersebut, Sandiaga menyampaikan bahwa ke depan pihaknya akan memastikan kerajinan tenun khas Priggasela Lombok Timur tersebut dapat terus meningkat.
"Meningkat dari segi pemasarannya, penjualannya hingga penciptaan lapangan kerjanya," cuit Sandiaga.
Baca Juga: Sandiaga Uno: Singapore Airlines Kembali Terbang ke Bali
Untuk diketahui, Desa Pringgasela, Lombok Timur terkenal dengan kerajinan tenunnya yang disebut Tenun Priggasela.
Kemampuan menenun masyarakat di desa tersebut telah menjadi budaya turun menurun, dan dimanfaatkan oleh kaum perempuan sebagai mata pencaharian.
Melansir dari publikasi Kemendikbud, sejarah awal Tenun Pringgasela tersebut bermula saat seorang tokoh agama Islam bernama Lebai Nursini, ia datang dari Sulawesi setelah singgah di Pulau Sumbawa untuk menyebarkan agama Islam.
Penduduk Pringgasela menganggap Nursini sebagai seorang wali, karena ketakwaan dan ketekunannya mengajarkan agama Islam.
Baca Juga: Ratusan Orang Kompak Langgar Protokol Kesehatan di Lombok Timur, Ini yang Dilakukan
Sambari mengajarkan agama Islam kepada penduduk, Nursini juga mengajarkan cara bertani dan menenun. Dengan memanfaatkan bunga-bunga kapas yang tumbuh liar di sepanjang huma-huma.
Kapas itu dikumpulkan dan dijemur. Lalu, dipintal dengan menggunakan alat sederhana yang sekarang disebut ganti (gentian), petuk, saka, dan kanjian.
Selanjutnya, bunga kapas yang telah menjadi benang diberi warna dengan zat pewarna dari tumbuh-tumbuhan, akar dan kulit kayu.
Kemudian benang disesek (ditenun) dengan menggunakan balok-balok kayu sederhana yang dirakit sedemikian rupa menjadi alat tenun sederhana yang disebut alat tenun gedogan.
Hingga saat ini, warisan Nursini dalam mengolah kain tenun tersebut jadi khas di Desa Pringgasela.
Baca Juga: Srikendes Kolaborasi dengan Perajin Baduy Perkenalkan Keindahan Tenun Baduy
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.