BANJARMASIN, KOMPAS.TV - Badut jalanan semakin marak di jalan-jalan Kota Banjarmasin.
Ironisnya, tak sedikit di antara mereka yang ternyata berusia anak-anak.
Mereka bahkan tak kapok saat dirazia petugas satpol pp dan masih tetap mencari uang dengan cara menghibur pengendara di jalanan ataupun saat bersantai di pusat perbelanjaan dengan dalih meringankan beban orangtua.
Terkadang sembari menginginkan hasil besar untuk dapat membeli sesuatu, seperti gawai ataupun sepeda motor.
Baca Juga: Semangat Kemandirian Warga Disabilitas, Pilih Buka Usaha Sendiri
Fenomena badut yang mayoritas digandrungi anak-anak dinilai psikolog klinis di Rumah Sakit Anshari Saleh Banjarmasin, Melinda Bahri, karena mudah menjadi sasaran empuk.
Mengingat anak-anak sangat mudah dirayu dengan iming-iming sesuatu.
Apalagi diintimidasi sehingga menjadi korban eksploitasi.
Menurutnya, anak-anak tak seharusnya beraktivitas di jalanan untuk mencari nafkah.
Ia bahkan menduga hal tersebut sengaja diperdagangkan oleh orangtua dan kerabatnya.
Menurut Melinda, mereka punya hak untuk tumbuh dan berkembang di usianya untuk belajar dan bermain.
“Seharian terkurung dalam kostum ketat itukan tidak baik, tapi karena diiming-imingi apapun itu, misal duit atau barang itu ya mereka pasti mau dimanfaatkan, apalagi mungkin sudah ada arahan dari keluarga, orangtua mungkin,” terang Melinda.
"Gangguan pada anak itu ya di sini, karena social support-nya tidak mendukung mereka tapi justru membuat mereka terjerat dalam kegiatan trafficking ini, eksploitasi anak ini," tambahnya.
Baca Juga: Wisata Pantai Turki di Tala Masih Sepi Selama Pandemi
Atas dasar itu, Melinda mengharapkan pemerintah sesegeranya bertindak dan anak-anak berhak mendapatkan pendampingan psikologi.
Termasuk orangtuanya untuk mengetahui bagaimana cara pengasuhannya kepada anak-anak.
Akibat dampak psikologis saat diperdagangkan, hingga menyebabkan hak tumbuh kembangnya dirampas.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.