JAKARTA, KOMPAS.TV - Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat adanya 573 kasus kekerasan di sekolah sepanjang tahun 2024.
Koordinator Nasional JPPI Ubaid Matraji mengatakan angka tersebut meningkat lebih dari 100 persen dibandingkan kasus kekerasan di sekolah pada tahun 2023.
"(Tahun) 2023 (ada) 285 kasus yang kami terima tetapi di 2024 sampai 573 kasus. Artinya peningkatannya bisa sampai lebih dari 100 persen," kata Ubaid di Jakarta Pusat, Jumat (27/12/2024) dikutip dari Kompas.com.
"Sejak kami buka kanal pengaduan melalui website, IG dan di media, itu tahun 2020, itu sampai 2024. Ini kok datanya terus naik ya," sambungnya.
Baca Juga: Kapan Kuota Sekolah SNBP 2025 Diumumkan? Ini Link dan Cara Ceknya
Adapun JPPI menghimpun data tersebut melalui pemberitaan di media massa serta kanal pengaduan JPPI.
Tahun 2020 ada 91 kasus, lalu 142 kasus (2021), 194 kasus (2022), 285 kasus (2023), dan kini 573 kasus pada 2024.
Jika diambil persentase, kasus kekerasan seksual jadi yang tertinggi dengan angka 42 persen. Korban kekerasan seksual terbanyak adalah perempuan, yakni 97 persen, sedangkan korban perundungan paling banyak yakni laki-laki sebesar 82 persen.
Lalu, disusul perundungan (31 persen), kekerasan fisik (10 persen), kekerasan psikis (11 persen), dan kebijakan diskriminatif (6 persen).
Melansir Kompas.id, ironisnya pelaku terbanyak kasus kekerasan di sekolah adalah guru. Jumlahnya mencapai 43,9 persen.
Baca Juga: Sederet Kasus Kekerasan Polisi di 2024, dari Tembak Siswa SMK hingga Bunuh Warga Demi Curi Motor
Adapun persebaran kasus-kasus kekerasan ini tersebara merata hampir di seluruh provinsi Indonesia sepanjang 2024. Namun, ada lima provinsi dengan jumlah kasus terbanyak.
Kelima daerah tersebut adalah Jawa Timur (81 kasus), Jawa Barat (56), Jawa Tengah (45), Banten (32), dan Jakarta (30).
"Kalau lihat pemerataan provinsi ini ternyata merata di seluruh Indonesia. Tetapi Jawa Timur lebih banyak mungkin karena jumlah sekolah di sana juga lebih banyak daripada sekolah-sekolah di provinsi yang lain," jelas Ubaid.
"Di sekolah kasus yang kami terima ada 60 persen terjadi di sekolah, kemudian di madrasah ada 16 persen, kemudian di pesantren 20 persen," ucap dia.
Sumber : Kompas.com/Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.