Unified sport menyatukan dan memperkuat manusia dengan keragaman kekuatan dan latar belakang, terutama atlet difabel intelektual dengan nondifabel.
Atlit Special Olympics yang berlatar belakang difabel intelektual bersama atlet berlatar belakang beda, bersinergi membentuk sebuah tim dan bertanding.
Baca Juga: Piala Dunia 2022: Spanyol Tidak Bawa Sergio Ramos ke Qatar, Gavi Jadi yang Termuda di Skuad
Atlet difabel intelektual dapat membentuk tim bersama dengan didampingi atlit nondifabel atau atlit difabel ragam lain. Di situlah dibentuk kerja sama tim hingga punya kekuatan untuk berlomba.
Tim Indonesia akan bertanding mengikuti aturan-aturan perlombaan yang merupakan turunan dari prinsip di atas. Setiap tim terdiri dari 8 anggota, yakni 5 orang bermain dan 3 orang cadangan.
Jumlah atlet difabel intelektual pada prinsipnya mesti sama atau malah lebih banyak ketimbang pendamping.
Dengan demikian, dalam tim yang bermain, jumlah pendamping tak boleh lebih dari 2 orang.
Sebelum berangkat, tim putra menjalani pemusatan latihan di Lapangan Ladoya dan GOR Bima Footsal, Cisempur, Bandung di bawah arahan pelatih Sandi Pratiwi dan asisten Adis Anissa Suma.
Sedangkan tim putri berlatih di Lapangan Gamawan, Colomadu, Kota Solo di bawah bimbingan pelatih Yuli Kristiawan dan asisten pelatih Rasyifa Silvera Arazzaq.
Para atlet berusia antara 14-20 tahun sesuai dengan aturan Special Olympics. Tiap tim terdiri dari 8 orang yakni 5 atlet difabel intelektual dan 3 atlet pendamping serta 2 orang pelatih.
Pada babak awal, tiap tim peserta harus mengikuti pertandingan dalam sistem round robin, mulai 13 November dan dilanjutkan putaran final.
Baca Juga: Jelang Piala Dunia 2022, Manajer PSG: Tidak Ada Pemain yang Minta Istirahat
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.