JAKARTA, KOMPAS.TV - Komnas HAM ungkap detik-detik krusial tragedi Kanjuruhan. Detik itu bermula dari waktu 14 hingga 20 menit pasca laga Arema FC vs Persebaya yang disebut masih kondusif.
Choirul Anam, komisioner Komnas HAM, menyebutkan pada menit itu, usai peluit panjang hasil pertandingan yang berakhir 2-3 bagi kemenangan Persebaya Surabaya, para Aremania turun ke tribun dan memeluk pemaina Arema.
Situasi juga relatif kondusif meskipun ada sejumlah Aremania turun ke lapangan.
"Sekitar 14-20 menit pasca peluit panjang tanda laga usai. Kodisi masih terkendali. Pemain Arema minta maaf kepada suporter yang berada di stadion," ungkap Choirul Anam Rabu (12/10/2022) di Breaking News Kompas TV.
"Saat pemain menuju ruang ganti, aremania turun dan berikan semangat. Setelah kami dalami video dan keterangan, termasuk pihak yang terekam di stadion, baik pemain, suporter, steward kami uji masih ada metadatanya, bukan video yang tersebar di medsos. Kami nilai 14-20 menit masih aman terkendali."
"Detil kami melihatnya, memang ada supoter masuk lapangan, tapi situasi terkendali," ujarnya.
Anam lantas menyebutkan, angka waktu 14-20 menit menjadi penting lantaran untuk menyibak fakta tentang gas air mata yang ditembakkan polisi yang berada dalam lapangan.
Dari waktu itu, Komnas HAM meyakini, tembakan gas air mata jadi pemicu utama para suporter berhamburan.
"Angka ini jadi penting, untuk mengukur waktu gas air mata keluar, itu jadi pemicu utama para suporter yang akibatkan korban meninggal dan luka-luka," ujarnya.
Baca Juga: Penyebab Wafatnya Helen Prisela, Korban ke-132 Tragedi Kanjuruhan, Efek Gas Air Mata?
Anam juga menyebut, di waktu itu, para pemain dipeluk Aremania dan sambil menangis bersama.
"(Pada waktu itu) Teman-teman Aremania datang hampiri pemain, peluk pemain, dan menangis. Terutama pemain asli Malang, itu pada menangis, dipeluk, semangat, salam satu jiwa, jangan menyerah. Itu terkonformasi," sebutnya.
Baca Juga: Soal Kanjuruhan, Advokasi Aremania: PSSI Tak Ada Pertanggungjawaban Sama Sekali
Sebelumnya seperti diberitakan, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) memperbaharui data terkini per Selasa, jumlah korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur sebanyak 132 orang, bertambah dari data sebelumnya 131 orang.
Kepala Divisi (Kadiv) Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan data tersebut telah divalidasi per tanggal 11 Oktober pukul 17.00 WIB.
"Resume perubahan data korban meninggal dunia bertambah satu, jumlah total 132 orang," kata Dedi.
Ia menyebutkan, korban meninggal dunia bertambah satu orang atas nama Helen Prisella usia 21 tahun.
Sedangkan data jumlah korban luka-luka masih tetap, yakni 607 orang, terdiri atas 532 orang luka ringan, 49 orang luka sedang, dan 26 orang luka berat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.