JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden klub Madura United, Achsanul Qosasi, meminta semua pengurus Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk mundur dari jabatannya, sebagai bentuk hormat terhadap korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan, Malang.
Hal itu ia sampaikan pada Minggu (2/9/2022) melalui laman Twitter. Selain meminta pengurus PSSI mundur, secara keseluruhan ada empat poin yang disampaikan.
"Mungkin ada yang tak sependapat dengan saya, tapi inilah sikap saya sebagai Presiden klub Madura United FC, atas tragedi di Kanjuruhan," kata Achsanul.
Pernyataan pertama yakni, "Hentikan kompetisi, sampai ada statement resmi FIFA."
Pernyataan kedua, "PSSI wajib bertanggung jawab dan semua pengurusnya harus mundur, sebagai respect terhadap korban dan keluarganya."
Pernyataan ketiga, "Tak perlu PSSI membuat tim ini itu. Serahkan saja kepada Kemenpora/KONI selaku organ pemerintah. Libatkan penegak hukum dan FIFA untuk membuat investigasi atau langkah yang diperlukan."
Pernyataan keempat, "Jangan melokalisir kesalahan “di Malang”. Bahwa yang salah seolah yang mengurus pertandingan di Malang. Ini Keputusan Federasi Nasional, dibawah kendali Federasi (PSSI), tragedi dunia sepakbola."
Baca Juga: Pengamat: Pengamanan Sepak Bola Berbeda dengan Pengamanan Demo, Tak Boleh Ada Gas Air Mata
Sebelumnya diberitakan oleh KOMPAS.TV, telah terjadi kerusuhan usai berakhirnya duel Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10).
Kabar terbaru, angka korban mencapai 448 dengan rincian 125 korban tewas dan 224 orang luka-luka, sebagaimana disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusiadan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy.
"Korban berstatus luka ringan 203 orang, luka berat 21 orang, meninggal dunia 125 orang. Sehingga total korban 448 orang," kata Muhadjir, Minggu (2/10).
"Ini (data korban) sudah diverifikasi oleh semua pihak termasuk dari Polri, rumah sakit maupun pihak penyelenggara," ucapnya.
Baca Juga: Sejarah Arema, Klub Besar yang Dihantam Dualisme
Kericuhan bermula ketika suporter Arema kecewa dan masuk ke lapangan, usai laga berakhir 2-3 untuk kemenangan Persebaya.
Guna mengatasi kericuhan, aparat lantas melemparkan gas air mata untuk membubarkan massa. Hal itu justru memicu kepanikan, sehingga suporter yang ingin menyelamatkan diri saling injak.
Baca Juga: Gas Air Mata dan Air Mata yang Berjatuhan dalam Tragedi Kanjuruhan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.