YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Partai Iran vs Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu pertandingan yang paling dinanti di ajang Piala Dunia 2022. Namun, alasannya bukan reputasi sepak bola kedua negara, melainkan permusuhan Teheran vs Washington di panggung politik global.
Iran dan AS tergabung di Grup B Qatar 2022 bersama Inggris dan Wales. Keduanya akan bersua di pertandingan terakhir fase grup.
Iran dan AS sendiri sebelumnya baru dua kali bertanding di atas lapangan. Yang pertama adalah di Grup F Piala Dunia 1998 dan sebuah partai persahabatan pada 2000.
Sejarah permusuhan Iran vs AS sejak Revolusi Islam Iran 1979 membuat persinggungan keduanya selalu disorot. Dalam peristiwa tersebut, pemerintahan Syah Reza Pahlevi yang didukung AS didepak gerakan revolusioner yang dipimpin Ayatullah Khomeini.
Putusnya hubungan diplomatik Iran-AS juga dipicu oleh penyanderaan warga dan staf Kedubes AS selama gelombang revolusi. Dukungan Washington untuk Baghdad selama Perang Irak-Iran pun memperuncing permusuhan.
Baca Juga: Achmad Nawir, Seorang Dokter dan Kapten Hindia Belanda di Piala Dunia 1938
Ketika tim nasional Iran dan AS hendak berlaga di Stade de Gerland, Lyon, Prancis, pada 21 Juni 1998 silam, suasana permusuhan ini turut terbawa.
Hawa bermusuhan tidak disembunyikan oleh anak asuh Jalal Talebi. Sejumlah pemain Timnas Iran enggan bungkam terkait sentimen mereka terhadap Amerika.
Striker Iran waktu itu, Khodada Azizi, menyebut timnya harus menang demi sekitar 500.000 warga Iran yang tewas atau terluka selama perang lawan Irak.
“Kami tidak akan kalah. Banyak keluarga martir yang ingin kami menang,” kata Azizi dikutip The Guardian.
“Kami akan menang demi mereka,” lanjutnya.
Sebaliknya, di kubu timnas AS, latar belakang politis dalam pertandingan ini tidak diekspresikan. Gelandang AS waktu itu, Tab Ramos menyebut para pemain Iran lebih merasakan signifikansi politis pertandingan tersebut dibanding AS.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.