LONDON, KOMPAS.TV - Final Piala FA 2021/22 antar Chelsea vs Liverpool di Stadion Wembley, London, sempat diwarnai cemoohan terhadap lagu kebangsaan Inggris Raya. Sebelum pertandingan dimulai, Sabtu (14/5/2022), suporter Liverpool nyaring mencemooh lagu “God Save the Queen” ketika dikumandangkan.
Sebagaimana diwartakan Daily Star, teriakan “boo” nyaring terdengar dari tribun suporter Liverpool ketika “God Save the Queen” diperdengarkan di Wembley.
Sebagai konteks, Inggris Raya punya tradisi memperdengarkan lagu kebangsaan dalam setiap final kompetisi domestik yang digelar di Wembley, termasuk final Piala FA edisi kali ini.
Ulah suporter Liverpool tersebut kemudian menuai pro-kontra di kalangan warganet. Tak sedikit yang menganggap tindakan suporter The Reds “kurang ajar”. Namun, tak sedikit juga yang membela mereka.
Baca Juga: Hasil Final Piala FA 2021-2022: Liverpool Berhasil Menang Lewat Drama Penalti
Selain mencemooh lagu kebangsaan Inggris Raya, suporter Liverpool juga dilaporkan meneriakkan nyanyian “Fuck the Tories”, menghardik golongan Konservatif yang berkuasa di London saat ini.
Bukan kali ini saja suporter Liverpool mengejek lagu kebangsaan negara mereka sendiri. Pada kesempatan-kesempatan sebelumnya, suporter The Reds kerap menolak untuk menghormati lagu kebangsaan Inggris Raya.
Mengapa demikian? Terdapat sejumlah alasan mengapa suporter Liverpool FC atau warga Liverpool enggan mengidentikkan diri dengan lagu kebangsaan Inggris Raya.
Sebagaimana disarikan Liverpool Echo, alasan suporter Liverpool mencemooh lagu kebangsaan Inggris Raya bisa dilacak hingga periode 1980-an.
Warga Liverpool disebut semakin mengambil jarak dari identitas nasional Inggris Raya karena menganggap pemerintah Konservatif “memundurkan” kota itu secara sengaja.
Setelah itu, respons London atas Tragedi Hillsborough 1989 pun membuat otoritas Konservatif semakin tidak disukai.
Waktu itu, pemerintahan Margaret Thatcher dan tabloid Inggris Raya menyalahkan suporter Liverpool atas terjadinya peristiwa tersebut. Namun, hasil penyelidikan yang dirilis setahun setelahnya menyebut penyebab tragedi adalah kegagalan kontrol polisi.
Perselisihan dengan London sejak 1980-an kemudian membuat suporter Liverpool FC dan warga Liverpool secara keseluruhan enggan diidentikkan dengan Inggris Raya. Di Anfield, suporter bahkan kerap memasang bendera yang bertuliskan “scouse (warga Liverpool) bukan Inggris.”
Beberapa tahun belakangan, warga Liverpool masih membenci otoritas Konservatif karena diyakini melanggengkan ketimpangan. Suporter Liverpool FC dan Everton merujuk keberadaan “bank makanan” di Merseyside sebagai bukti bahwa Inggris Raya masih mengabaikan warganya.
Baca Juga: Sejarah Piala FA, Kompetisi Tertua di Inggris yang Tahun Ini Diperebutkan Chelsea dan Liverpool
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.