SOLO, KOMPAS.TV - Penggemar sepak bola di dunia maya, menyebut FIFA sebagai organisasi munafik, karena hanya menjatuhi sanksi kepada Rusia.
Menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022 silam, FIFA dan UEFA selaku federasi tertinggi sepak bola dunia, merilis sanksi resmi kepada Rusia.
Dalam pernyataan tersebut, FIFA menyatakan "Sepak bola bersatu secara dan secara penuh mendukung solidaritas orang-orang yang tedampak di Ukraina."
Alhasil, timnas dan seluruh klub-klub Rusia dilarang tampil di kompetisi yang berada di bawah naungan FIFA serta UEFA.
Baca Juga: Resmi, Timnas dan Klub Sepak Bola Rusia Dilarang Ikut Kompetisi FIFA dan UEFA
Namun, keputusan FIFA tersebut tidak lepas dari kecaman penggemar sepak bola.
FIFA juga disebut munafik dan menerapkan standar ganda karena tidak menjatuhkan sanksi kepada negara-negara lain yang juga melakukan pelanggaran hukum internasional macam Amerika Serikat, Israel, Uni Emirat Arab (UEA), Arab Saudi, hingga China.
Salah satu akun Twitter @MAYORofSoxk menyebut sanksi FIFA tersebut dirasa sangat mendiskriminasi para atlet dari Rusia.
"Saya merasa ini keputusan diskriminatif untuk para atlet Rusia, karna ini bukanlah salah mereka dan mayoritas klub Rusia dimiliki secara privat, bukan pemerintah," tulisnya.
"Dan ini keputusan munafik dari FIFA untuk mengakui pemerintahan dan sepak bola tidak independen satu sama lain. Mereka [juga harus] mencabut sanksi Zimbabwe dan Kenya."
I feel like it's very discriminatory to Russians athletes Cos it wasn't their fault and most of their clubs are private owned not govt..
— Good Vibez only (@MAYORofSoxk) February 28, 2022
And it's hypocritical of fifa to recognize govt and football are not independent on each other..they show unban Zimbabwe and Kenya
Beberapa warganet juga menemukan kemunafikan FIFA lain.
Federasi Sepak bola Dunia itu memilih diam soal kasus ditangkapnya mantan Wakil Direktur Piala Dunia 2022 Qatar, Abdulah Ibhais.
Baca Juga: Federasi Sepak Bola Rusia Soal Sanksi dari FIFA: Kami Tidak Setuju, Diskriminatif!
Ibhais ditangkap pada November 2021 silam, lantaran buntut dari penentangan kepada atasan soal protes pekerja migran Piala Dunia 2022 yang sudah tak menerima gaji berbulan-bulan pada 2019.
Pria kelahiran Yordania membocorkan pesan WhatsApp yang menunjukkan para petinggi panitia Piala Dunia Qatar berupaya menangkal pemogokan kerja yang melibatkan kurang lebih 5.000 pekerja migran.
World Cup '22 will take place in Qatar. A country where migrant workers were used as slaves. FIFA didn't care.
— ShadowWulf (@DerSchattenwolf) February 28, 2022
The USA did war crimes in 2000-2014, US national team could play at World Cups.
Now Russia doesn't can.
Aren't those double standards?
What about US bombing Somalia two days ago? Are they gonna be suspended? Are they going to suspend Saudi Arabia for bombing Yemen? Or Israel for bombing Gaza or Syria?
— Mateo Chiarino (@MateoChiarino) February 28, 2022
All this things are happening right now, but no one seems to care as much.
Sumber : Kompas TV, BBC Sport
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.