JAKARTA, KOMPAS.TV - Eric Cantona mengaku tak peduli dan tidak akan menonton Piala Dunia 2022 Qatar serta memberikan penilaian yang buruk terhadap penyelenggara jelang turnamen tersebut bergulir akhir tahun ini.
Legenda Manchester United itu menuduh bahwa Qatar memperlakukan para pekerja yang telah membangun stadion dengan "mengerikan" dan mengatakan tidak ada kesempatan untuk mewarisi sepak bola di negara ini.
Cantona percaya Piala Dunia harus diberikan kepada negara-negara dengan kesempatan untuk memiliki dampak yang langgeng dan menumbuhkan sepak bola di antara populasi mereka, baik pria maupun wanita.
Sementara di Qatar, Cantona merasa tidak akan ada efek apa-apa di sana.
"Sejujurnya, saya tidak terlalu peduli dengan Piala Dunia berikutnya, yang bukan Piala Dunia nyata bagi saya," kata Cantona kepada Sportsmail.
"Dalam beberapa dekade terakhir, Anda memiliki banyak acara seperti Olimpiade atau Piala Dunia di negara-negara yang sedang berkembang - seperti di Rusia atau Cina," imbuhnya.
“Tapi Qatar – ini bukan negara sepakbola. Saya tidak menentang gagasan menjadi tuan rumah Piala Dunia di negara di mana ada kemungkinan untuk mengembangkan dan mempromosikan sepak bola, seperti di Afrika Selatan atau Amerika Serikat pada tahun 90-an," jelasnya.
"Sepak bola adalah olahraga feminin paling populer di Amerika Serikat, ada banyak imigrasi Amerika Selatan, dan potensi besar untuk olahraga ini berkembang."
Baca Juga: Presiden FIFA: Piala Dunia Dua Tahun Sekali, Piala Eropa Juga
"Faktanya, sekarang di Amerika Serikat, olahraga yang paling banyak dilisensikan orang adalah sepak bola."
"Tapi di Qatar, sebenarnya tidak ada potensi seperti itu. Tidak ada. Ini hanya tentang uang saya pikir," tuturnya.
"Ini hanya tentang uang dan cara mereka memperlakukan orang-orang yang membangun stadion, itu mengerikan. Dan ribuan orang meninggal. Namun kita masih akan merayakan Piala Dunia ini," ujarnya.
Dalam penyelenggaraan Piala Dunia 2022 Qatar ini memang tak sedikit biaya yang dikeluarkan untuk membangun stadion dan berbagai infrastruktur lainnya.
Bahkan ada harga fatal yang harus pula dibayar oleh sejumlah besar pekerja yang mempersiapkan Qatar untuk menjadi tuan rumah musim dingin ini.
Ribuan pekerja migran diduga tewas di negara Timur Tengah itu ketika membangun kota, jalan, dan stadion dari gurun pasir.
Para pekerja percaya kematian teman-teman mereka disebabkan oleh dipaksa bekerja terlalu lama di bawah terik matahari tanpa tempat berteduh, istirahat dan air dalam suhu melebihi 40 derajat Celcius hanya dengan bayaran £8,30 (Rp162.521) sehari.
Baca Juga: Mimpi Christian Eriksen Membela Denmark di Piala Dunia 2022
Sumber : Daily Mail
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.