JAKARTA, KOMPAS.TV - Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan meminta Presiden Joko Widodo membentuk tim gabungan pencari fakta di bawah presiden untuk mengungkap otak pelaku sebenarnya dalam kasus penyerangan terhadap Novel.
Menurut Novel, tim itu perlu dibentuk untuk menghentikan para pelaku besar kasus tindak pidana korupsi yang menyerang penegak hukum.
"Pada saat awal serangan diri saya, presiden bilang perhatian, didorong diusut tuntas, 3 bulan kemudian saya umumkan ke publik proses ini akan ditutupi dan itu terkonfirmasi tenyata proses keadilan menutupi agar tidak diungkap pelakunya,” ujar Novel saat diwawancarai dalam siaran langsung bersama akun media sosial Instagram @sahabaticw, Minggu (26/7/2020).
Baca Juga: Novel: Selamat Pak Jokowi, Anda Berhasil Buat Pelaku Kejahatan Tetap Bersembunyi
Novel meyakini penyerangan terhadap dirinya pada 2017 lalu dilakukan secara terstruktur dan sistematis oleh sejumlah terduga pelaku kasus korupsi yang perkaranya ia tangani.
Menurut Novel, usulan pembentukan tim gabungan pencari fakta itu pernah juga ia utarakan sekitar 3 bulan setelah penyerangan terjadi berdasarkan masukan sejumlah petinggi Polri.
“Saat 3 bulan 4 bulan setelah kejadian saya bilang perlu tim pencari fakta d bawah presiden, itu masukan petinggi Polri bukan mau saya sendiri,” kata Novel.
“Petinggi Polri juga masih ada yang mau bantu untuk dibentuk tim gabungan pencari fakta karena ingin keberpihakan negara terhadap kasus korupsi. Ternyata presiden sampaikan percayakan ke Polri,” sambungnya.
Novel juga menegaskan ia memandang proses hukum yang memidanakan dua pelaku penyiraman air keras selama 1 tahun 6 bulan dan 2 tahun penjara hanya untuk menutupi pelaku sebenarnya.
Baca Juga: Jokowi Curhat ke Mahfud MD, Ngaku Di-bully Kasus Novel
“Saya ingin mengajak agar tidak lupa serangan KPK bukan hanya ke saya. Serangan kepada orang-orang yang ingin memberantas korupsi harus diusut semuanya,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Novel, masih sangat layak untuk meminta presiden membentuk tim gabungan pencari fakta yang independen di bawah presiden.
“Bukti korupsinya masih gila-gilaan. Ini perlu kita munculkan agar negara tidak terus membiarkan. Kalau dibentuk tim gabungan pencari fakta, kalau ada orang yang kalau enggak mau diusut setidaknya dihentikan semakin besarnya korupsi,” pungkas Novel.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.