Oleh: Aiman Witjaksono, Jurnalis Kompas TV
Tiba-tiba banjir hal baru. Mulai dari pencopotan 3 Jenderal di Mabes Polri. Lalu surat jalan, surat keterangan lepas Red Notice alias buronan NCB Interpol, dan video Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, hingga Ketua Mahkamah Agung, bersama dengan Pengacara Djoko Tjandra, Anita Kolopaking.
Atas hal ini pihak Kepolisian mencopot 3 Jenderalnya dan bertekad meneruskan pemeriksaan. Pihak Kejaksaan akan meminta klarifikasi Kajari Jakarta Selatan, dan Mahkamah Agung menjelaskan, bahwa foto dilakukan saat Idul Fitri saat Anita datang bersama keluarga bersilaturahmi saat Lebaran.
Tiba-Tiba Sesak Informasi
Ada apa, kenapa semuanya tiba-tiba bak air bah yang menggelora?
Adakah sesuatu di baliknya?
Bagi publik, informasi yang menyesakkan, dalam teori post-truth era, alias jaman now, terlalu banyak informasi akan mengacaukan persepsi publik, sekaligus membuatnya menjadi "inflasi". Publik bisa jadi tak lagi tertarik dengan isunya, dan kemudian serta - merta meninggalkannya.
Ada pula teori lain dari sisi hukum, bahwa semakin banyak informasi yang ditampilkan, maka semakin beragam pula bukti - bukti yang bisa didapat dan digunakan dalam persidangan.
Aiman Mengungkap Benang Merah Jejak Djoko Tjandra
Pada intinya, informasi yang banyak sesungguhnya menguntungkan, meski media harus bisa memainkan perannya untuk menjadi rumah penjernih (clearing house) atas apa yang beredar sekaligus memilah, mana yang menjadi benang merah atas informasi yang bisa mengarahkan pada membongkar Patgulipat para pembesar untuk sebuah kasus.
Dari pendekatan ini, Acara AIMAN di KompasTV yang tayang setiap hari Senin pukul 8 malam, memberi sedikit saja informasi, tapi berharga!
Apa itu?
Bermula dari pertanyaan, bagaimana seorang Djoko Tjandra, masuk ke Indonesia tanpa terdeteksi, lalu-lalang mengurus surat-surat penting, mendaftar ke Pengadilan, membuat paspor, hingga kembali ke luar negeri dengan sentosa.
Surat Jalan & Pontianak, ada apa?
Apa kaitan dengan surat jalan sang buronan ke Pontianak, Kalimantan Barat, dan lepasnya status buronan. Belakangan membuat 3 Jenderal di Mabes Polri dicopot dari jabatan.
Dua Hal Penting Temuan Aiman, Ekslusif
Pertanyaan ini yang penting dan belakangan memiliki benang merah, setidaknya sebagai bahan untuk membongkar jejak Djoko Tjandra yang berujung pada pemeriksaan sejumlah oknum pejabat negara yang terkait dengan langkah - langkah sakti Djoko Tjandra.
Dari hasil penelusuran saya. Ada dua hal penting, yang terjadi.
Pertama, saya mendapatkan foto Djoko Tjandra dan diduga sang istri, bersama seorang laki - laki berusia sekitar awal 50 tahunan. Foto yang saya dapatkan Eksklusif dan tayang di Program AIMAN, menunjukkan memang foto yang baru, karena semua orang di dalam foto tersebut menggunakan masker, dan hendak terbang menggunakan pesawat sewaan. Informasi yang saya dapatkan ia berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusuma, untuk tujuan Domestik, Pontianak, Kalimantan Barat.
Sampai di sini, logika surat jalan yang dimilikinya dari Biro Koordinasi & Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Biro Korwas PPNS) Bareskrim Polri, tersambung.
Pertanyaannya kini, untuk apa ia berangkat ke Pontianak, Kalimantan Barat?
Mengapa Malaysia?
Saya kembali mendapat informasi, bahwa yang bersangkutan bukan menuju ke Pontianak, melainkan hanya transit. Perjalanan dilanjutkan ke Entikong, Kalimantan Barat yang merupakan perbatasan Indonesia - Malaysia. Pontianak - Entikong memiliki jarak sekitar 200 kilometer, dapat dilalui dengan aspal mulus yang jika menggunakan jalan darat, bisa ditempuh dengan waktu tak lebih dari 3 jam saja.
Lalu mengapa ke Malaysia? apakah dari Malaysia Djoko Tjandra bebas kemana - mana?
Pertanyaan ini perlu diperdalam. Meskipun sang Pengacara Djoko Tjandra, Anita Kolopaking kepada harian Kompas, Jumat (17/7/2020) pekan lalu, menyatakan bahwa Djoko Tjandra tengah nyaman berada di Malaysia.
Koordinator Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Boyamin Saiman, mengungkapkan, Djoko Tjandra punya hubungan spesial dengan pemerintah Malaysia. Ia membina hubungan dengan Perdana Menteri sebelumnya Najib Razak, hingga ke pemerintahan saat ini di bawah pimpinan Muhyiddin Yassin.
"Persoalan Investasi punya Djoko Tjandra, jadi pertimbangan besar, kenapa ia punya posisi istimewa di Malaysia, ungkap Boyamin.
Dari semua ini, jelas adanya. Djoko Tjandra bukan hanya sakti, tapi ia bisa menembus apa yang dikehendaki!
Tak boleh seperti ini, tak layak negara dipermainkan.
Saya Aiman Witjaksono...
Salam!
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.