Refly menyatakan demikian setelah ia mengunjungi Novel Baswedan bersama tokoh politik dan ekonomi lainnya di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu (14/6/2020) pukul 14.30 WIB.
Lebih dari dua jam Refly berbincang dengan Novel Baswedan terkait kasus penyiraman air keras yang kembali viral lantaran tuntutan jaksa yang dianggap ringan.
Baca Juga: Novel Baswedan Marah dan akan Protes ke Jokowi Penyerangnya Dituntut Hanya 1 Tahun Penjara
Selain ungkapkan empati, Refly juga berbincang terkait cacatnya peradilan dalam penyelidikan dan penyidikan kasus tersebut.
Menurutnya, tuntutan jaksa dianggap melecehkan lantaran menganggap kasus tersebut sebagai kasus kejahatan biasa.
Padahal, kasus teror terhadap Novel Baswedan berkaitan erat dengan statusnya sebagai penyidik KPK yang getol menangkap para koruptor.
"Saya lihat tuntutan itu kok ini seperti melecehkan karena kita lihat bersama ada petugas yang sedang jalankan tugasnya melakukan pemberantasan korupsi dan menjadi korban teror hingga berdampak besar pada fisiknya," tutur Refly dikutip dari Wartakota.
Baca Juga: Pledoi Terdakwa Penyerang Novel Baswedan, Perbuatan Spontan dan Tanpa Suruhan Siapapun
Refly menambahkan, tuntutan satu tahun penjara sangat menghina akal sehat publik. Selain itu, Refly menambahkan, Novel Baswedan juga merasa kedua terdakwa telah dipaksa mengaku melakukan tindakan penyiraman air keras terhadapnya.
"Kalau bukan pelaku sesungguhnya maka peradilannya kan bisa sesat. Maka kalau itu bukan pelaku sesungguhnya harusnya itu dibebaskan," ujar Refly.
Refly meminta publik jangan puas dengan tuntutan lebih dari satu tahun. Sebab, yang terpenting dalam peradilan ini ialah mengungkap fakta dan menghukum pelaku asli dari penyiraman tersebut.
Jika hal itu bisa terjadi, maka persoalan besar dari kasus ini pun dapat terungkap. Refly meyakini kasus Novel Baswedan berkaitan dengan dimensi-dimensi lain seperti kekusaan.
Baca Juga: Kontroversi Hasil Tuntutan Penyerang Novel Baswedan, Jaksa Kasus Novel akan Diperiksa?
Dengan kata lain, Refly menambahkan, kasus Novel bukanlah sekadar kejahatan kriminal pada biasa umumnya.
"Jangan ada diskursus bahwa akan selesai jika pelaku dihukum tiga atau lima tahun, sehingga seolah-olah case closed dengan hukuman itu. Padahal yang kami yakini bukan terdakwa pelakunya," ujar Refly.
Ia berharap hakim dapat melihat kejanggalan-kejanggalan dari dakwaan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, sehingga penyelidikan dapat diulang dari awal untuk mencari pelaku sesungguhnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.