JAKARTA, KOMPASTV - Kasus Adila Oktavia (4) warga Desa Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, Jawa Barat yang meninggal akibat digigit ular weling menjadi perhatian.
Kasus gigitan ular weling yang mengakibatkan meninggal bukan terjadi pada balita saja, seorang petugas keamanan di Gading Serpong tewas setelah mendapat perawatan setelah digigt ular weling atau dikenal dengan ular belang. Satpam itu bernama Iskandar (45).
Ular dengan nama latin Bungarus candidus ini masuk dalam golongan hewan nokturnal atau lebih aktif pada malam hari. Bentuk tubuh ular weling ramping dan tidak terlalu panjang, ukuran dari ujung kepala hingga ekor yakni sekitar 100 sentimeter, dengan panjang maksimum hingga sekitar 155 sentimeter.
Baca Juga: Ini Dia Kronologi Balita yang Meninggal karena Digigit Ular Weling
Meski begitu racun ular ini tergolong mematikan, bahkan diyakini melebihi bisa ular kobra. Bekas gigitan ular weling pun tak menimbulkan bengkak atau membiru hal ini membuat Korban tak merasa khawatir namun berujung pada kematian.
Empat kasus gigitan ular weling yang diberitakan berujung pada kematian. Tiga dari korban meninggal dan satu korban selamat namun mengalami kelumpuhan. Berikut kasus gigitan ular weling.
Kasus Ananda Yue Riastanto
Ananda Yue Riastanto (11) warga Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo didiagnosa terkena ensepalofati atau kerusakan otak besar.
Ananda mengalami kelumpuhan dan tidak mampu berbicara, hal itu dideritanya setelah digigit ular weling pada 5 Januari 2017 sekitar pukul 03.00 WIB. keadaan Ananda bukan terjadi sekarang melainkan tiga tahun lalu.
Baca Juga: Geger! Belasan Ular Kobra Tiba-tiba Muncul di Lebak, Banten
Seperti diberitakan Kompas.com, kala itu, Ananda terbangun dari tidur setelah merasa ada yang mengigit jari telunjuk kaki kirinya. Ia pun memberitahu sang ayah, Sugiyanto. Tak banyak pikir, Sugiyanto langsung membawa Ananda ke rumah sakit daerah umum Wates untuk mendapat pertolongan.
Pada pagi harinya, Ananda dirujuk ke RSUP Sardjito dan langsung ditempatkan di ruang ventilator.
Pakar toksikologi dan bisa ular DR Dr Tri Maharani Sp EM menilai tindakan cepat sang ayah dan penaganan gawat darurat yang tepat memuat nyawa pasangan Sugiyanto (36) dan Deni Rianingsih (35) itu selamat.
Namun Tri menilai kelumpuhan Ananda dikarenakan kematian sel otak akibat bisa ular weleng yang sudah terlanjur menjalar. Kematian sejumlah sel otak itulah yang memicu ketidakmampuan Ananda bicara serta kelumpuhan yang kini dialaminya.
Baca Juga: Pengamat Reptil: Ular Kobra Tidak Takut dengan Manusia
Awal Maret 2017 Ananda diperbolehkan pulang untuk menjalani pengobatan di rumah. Setiap bulan Ananda dibawa ke RSUP Sardjito untuk berobat.
Ananda hanya bisa berkomunikasi lewat suara menyerupai dengkuran dari tenggorokannya. Suara itu sebagai respons ananda untuk berinteraksi dengan orang sekitarnya.
Untuk asupan makanan, di hidung Ananda terpasang selang kecil karena tidak bisa menerima makanan dari mulut. Selang itu berfungsi untuk menyalurkan makanan ke perutnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.