Gegernya kemunculan kerajaan-kerajaan fiktif seperti Keraton Agung Sejagat di Purworejo atau Sunda Empire di Bandung menjadi perhatian masyarakat.
Pengamat Sosial Universitas Indonesia, Devi Rahmawati, mengatakan bahwa kemampuan storytelling menjadi pemicu mengapa orang rela ikut-ikutan kerajaan-kerajaan fiktif tersebut.
Ketika kemampuan storytelling digunakan untuk hal-hal yang positif, maka pendengar atau pengikutnya akan termotivasi untuk menjadi positif. Namun, ketika digunakan pada hal negatif, maka terjadilah fenomena soal kerajaan-kerajaan fiktif ini.
Devi melanjutnya, dari narasi atau storytelling ini lah yang memicu kasus-kasus lain seperti investasi bodong MeMiles atau First Travel.
"Manusia bisa sampai ke peradaban sekarang karena lahir, besar dengan narasi," kata Devi.
Bila kontesnya kriminal, maka pendekatan hukum harus dilakukan pemerintah.
Devi pun mengatakan pemerintah bisa melakukan pendekatan dalam konteks kultural, yaitu perlu mendekati kelompok-kelompok tersebut. Siapa tahu, mereka bisa diajak bekerja sama untuk membantu program-program pemerintah.
Lewat sambungan video, Menteri Sosial Juliari Batubara juga memberikan responsnya. Sama seperti Devi, jika konteksnya penipuan dan masuk ke ranah kriminal, maka harus diproses secara hukum.
Mensos pun juga mengimbau masyarakat agar tidak terkecoh dengan kelompok-kelompok seperti ini. Juliari pun menggarisbawahi selama ini masyarakat Indonesia memang kerap tertipu dengan penipuan-penipuan yang menawarkan keuntungan-keuntungan yang bisa diraih dengan cepat.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.