Ini adalah Riyanto. Kisah heroiknya berawal di malam Natal, 24 Desember tahun 2000 saat ia dan belasan personel Banser lainnya ditugaskan untuk membantu polisi menjaga keamanan di sebuah misa Natal di Gereja Eben Haezer, Mojokerto, Jawa Timur.
Saat misa akan berlangsung, salah seorang umat memberi kabar bahwa di dalam gereja ada bungkusan hitam yang mencurigakan. Mendengar hal itu, Riyanto langsung membuka bungkusan yang ternyata isinya kabel yang terhubung dengan rangkaian yang memercikkan api.
Riyanto lalu segera membawa lari bungkusan itu menjauh dari gereja. Namun nahas, bom meledak di dalam pelukan Riyanto.
Riyanto pun kini dikenang sebagai pejuang kemanusiaan yang tidak mengenal batasan golongan ataupun agama. Riyanto juga jadi panutan bagi anggota Banser Kota Mojokerto. Sosoknya tak pernah dilupakan.
Riyanto merupakan anak pertama dari tujuh orang bersaudara. Di mata keluarga, Riyanto merupakan sosok pendiam dan penurut. Sebagai anak tertua, di masa hidupnya Riyanto membantu orangtuanya untuk membiayai hidup dan biaya pendidikan enam orang adiknya.
Kedua orangtua Riyanto mengaku bangga anaknya bisa menjadi teladan bagi warga lain untuk menjaga kerukunan dan berperilaku toleransi terhadap sesama.
Sebagai pengingat sekaligus wujud hormat kepadanya, pemerintah Kota Mojokerto, Jawa Timur, mengganti nama jalan di Kelurahan Prajurit Kulon menjadi Jalan Riyanto. Jalan ini merupakan jalan utama menuju rumah orangtua Riyanto.
Meski peristiwa ini sudah 19 tahun lalu, sosok Riyanto bagi sebagian orang tak pernah dilupakan. Terutama di tengah ragam tantangan yang dihadapi Indonesia terkait kerukunan. Komunitas yang menamakan dirinya Katolik Garis Lucu menggalang dana untuk keluarga Riyanto dan keempat temannya yang kala itu bertugas.
Riyanto telah menunjukkan diri sebagai umat beragama yang kaya nilai kemanusiaan. Sosoknya akan terus dikenang sebagai pejuang kemanusiaan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.