Seorang dokter divonis mengidap penyakit HIV. Itulah yang dialami oleh Dokter Maruli Togatorop.
Saat mendapati hasil tes yang menyatakan dirinya telah terjangkit virus HIV, Dokter Gigi ini merasa seperti disambar petir di siang bolong. Maruli tidak habis pikir, bagaimana mungkin dirinya yang dokter ini bisa terjangkit penyakit HIV.
Semakin hari kondisi maruli semakin menurun, apalagi setelah keluarga tidak menerima kenyataan tersebut dan menolak keberadaan Maruli. Puncaknya saat sang istri memutuskan untuk menceraikan Maruli. Penolakan itu membuat kondisi Maruli makin terpuruk.
Berat badannya drop dari 75 kg menjadi 45 kg. Kulitnya pun berubah drastis menjadi bersisik. Saat itu yang ada dalam pikirannya adalah kematian. Namun, lama dinanti, kematian tak kunjung datang. Itulah yang membuat Maruli semangat dan mencoba bangkit kembali. Semangat inilah yang membuat kondisi Maruli berangsur membaik.
Satu tahun setelah divonis, dan kondisinya berangsur membaik, Maruli lalu bekerja di Kementerian Kesehatan. Ia menceritakan kondisinya dan meminta ditempatkan di Merauke, Papua.
Di Merauke, ia bekerja seperti biasa menjadi Dokter Gigi bagi orang orang dengan HIV. Meski hidup sendiri, ia tetap semangat untuk sembuh dengan mengonsumsi arv dan menerapkan pola hidup sehat.
Maruli pun menulis buku tentang HIV, agar orang tahu informasi tentang HIV dan tidak meninggalkan orang dengan HIV-Aids , sehingga mereka tidak makin terpuruk. Bila dulu, Dokter Maruli pernah merasa terpukul oleh HIV, kini sebaliknya, ia merasa HIV adalah berkah dalam hidupnya. Karena dengan HIV ia bisa berbagi dengan sesama.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.