JAKARTA, KOMPAS.TV - Hujan yang kerap turun jelang dan saat perayaan Tahun Baru Imlek ternyata bukan sekadar kebetulan. Terdapat penjelasan ilmiah dan unsur budaya yang menjadi latar belakang fenomena ini.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagaimana dilansir dari Kompas.com, Rabu (29/1/2025) menegaskan bahwa perayaan Imlek yang jatuh pada akhir Januari hingga awal Februari memang bertepatan dengan puncak musim hujan di Indonesia. Pada periode ini, curah hujan tercatat cukup tinggi di berbagai wilayah.
Faktor meteorologis lain yang berpengaruh adalah hembusan angin muson timur laut di kawasan Laut Cina Selatan.
Berdasarkan data The Strait Times, angin ini menyebabkan penurunan suhu harian selama periode Tahun Baru Imlek, dengan kisaran 22 hingga 30 derajat Celsius.
Baca Juga: Imlek 2025, Menag Nasaruddin Umar Berharap Indonesia Makin Sejahtera: Gong He Xin Xi, Wan Shi Ru Yi
Berawal dari Tani
Di sisi lain, masyarakat Tionghoa memiliki kepercayaan tersendiri tentang hujan saat Imlek. Kartika Ajeng Dewanty dalam penelitiannya tahun 2017 berjudul "Fungsi Budaya Cap Go Meh sebagai Tradisi Masyarakat Tionghoa Perspektif Antropologi Sastra" mengungkapkan adanya mitos di kalangan penganut Kong Hu Cu.
Menurut kepercayaan ini, hujan yang turun sebelum perayaan Cap Go Meh diyakini membawa berkah dan rezeki.
Tradisi agraris juga memiliki pengaruh signifikan dalam kaitan antara Imlek dan hujan. Menurut catatan Asia for Educator, masyarakat Tionghoa tradisional yang bergantung pada pertanian menggunakan kalender lunar sebagai panduan bercocok tanam.
Kalender ini, yang juga menentukan waktu perayaan Imlek, umumnya bertepatan dengan awal musim hujan.
"Masyarakat Tionghoa pada masa lalu sangat bergantung pada siklus pertanian untuk kehidupan mereka. Mereka tinggal di daerah pedesaan dan hidup dari hasil pertanian," demikian kutipan laporan Asia for Educator.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.