Kompas TV nasional peristiwa

Keluarga Soroti Kejanggalan Polisi soal Kematian Siswa SMK, dari Identitas hingga Tak Kunjungi Rumah

Kompas.tv - 4 Desember 2024, 08:39 WIB
keluarga-soroti-kejanggalan-polisi-soal-kematian-siswa-smk-dari-identitas-hingga-tak-kunjungi-rumah
Proses autopsi pelajar SMKN di Semarang yang menjadi korban penembakan polisi di TPU Bangunrejo, Desa Saradan, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, pada Jumat (29/11/2024). (Sumber: Fristin Intan Sulistyowati/Kompas.com)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kematian siswa SMK (GR) di Semarang, Jawa Tengah, masih menyimpan kejanggalan di mata keluarga. Selain tak terima disebut tawuran dan gangster, keluarga juga menyoroti sejumlah penjelasan polisi yang dinilai janggal.

Paman korban bernama Agung, misalnya, mengaku heran mengapa polisi tidak segera mengabarkan kematian keponakannya itu. Padahal, GR atau G sudah disebut meninggal sejak minggu pukul 01.00 dini hari. Tapi, kata Agung, polisi mengatakan korban tidak membawa identitas. Padahal, sejak pergi dari rumah, keluarga menyebut GR membawa dompet, lengkap dengan KTP.

Kejanggalan lain, polisi disebut sudah mencari alamat korban tapi tidak langsung mendatangi rumah.

”Bahkan, kata tetangga, sejak Minggu pagi itu, polisi sudah beberapa kali mendatangi lingkungan rumah G. Tujuannya, cari tahu di mana rumah G. Oleh tetangga sudah ditunjukkan (lokasi rumah G), tapi mereka tidak kunjung datang. Saat ditanya sama tetangga, apa alasan polisi tanya rumah G, polisi tidak menjawab,” tutur Agung dalam konferensi pers di Semarang, Selasa (3/12/2024) dikutip dari Kompas.id. 

Baca Juga: Polda Jateng Sebut Penembakan Aipda Robig ke Siswa SMK di Semarang Tak Terkait Tawuran

Karena itu, Andi Prabowo (44), ayah GR, berharap polisi segera mengembalikan barang-barang korban yang masih disita polisi. Barang yang masih disita adalah tas berisi dompet dan ponsel serta sepeda motor yang digunakan korban.

Menurut Andi, melalui ponsel anaknya tersebut, bisa diungkap terkait benar atau tidaknya klaim polisi bahwa GR menginisiasi tawuran hingga membeli senjata tajam.

Sementara itu, Kasubdit III Jatanras Polda Jawa Tengah AKBP Helmy menyatakan GR, pelajar SMK di Semarang, meninggal dunia karena tertembak. Ia menyebutkan, hasil itu didapatkan setelah proses ekshumasi terhadap jenazah korban.

“Proses ekshumasi sudah kita lakukan pada hari Jumat minggu lalu, dengan membuktikan bahwa korban G meninggal karena adanya proses penembakan,” ujar Helmy dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi III DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/12/2024). Ia mengungkapkan, terdapat proyektil yang bersarang di bagian perut korban.

Baca Juga: Komisi III DPR Bakal Panggil Kapolres Semarang terkait Penembakan Anak SMK: Seenaknya Klaim Gangster

Di kesempatan yang sama, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar meminta maaf atas kelalaian anggotanya, Brigadir R, yang menembak GR. Kapolres mengakui Brigadir R sudah lalai dalam menggunakan senjata api (senpi).

"Atas segala tindakan anggota saya, Brigadir R, yang telah mengabaikan prinsip-prinsip penggunaan kekuatan, abai dalam menilai situasi, teledor dalam menggunakan senjata api dan telah melakukan tindakan excessive action, tindakan yang tidak perlu," ungkap Irwan.


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x