JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus MAS, remaja 14 tahun yang membunuh ayahnya (44 tahun) dan neneknya (69 tahun) pada Sabtu (30/11) dini hari, di rumahnya yang terletak di daerah Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan mengundang banyak perhatian publik.
Tak hanya ayah dan nenek, remaja tersebut menusuk ibunya. Meski demikian, sang ibu berhasil selamat dalam kondisi luka berat, dan saat ini masih menjalani perawatan di rumah sakit.
Prikolog Forensik, Kassandra Putranto buka suara soal Gen Z disebut-sebut lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental, seperti depresi dan gangguan kecemasan.
Baca Juga: Kasus Anak Bunuh Ayah dan Neneknya di Lebak Bulus: Polisi Periksa Pihak Sekolah, Dalami soal Ini
Kassandra menyebut ada berbagai faktor pemicu, contohnya paparan media sosial, hingga ketidakpastian akan masa depan.
"Sebenarnya semua kelompok usia tertentu rentan terhadap masalah kesehatan mental, walaupun saat ini, generasi Z (yang lahir sekitar 1997 hingga 2012) dianggap lebih rentan terhadap beberapa gangguan kesehatan mental dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Untuk itu diperlukan deteksi dini dan check up psikologis untuk memastikan agar keluarga kita terhindar dari berbagai potensi masalah yang mungkin terjadi," seru Kassandra saat dihubungi KompasTV, Senin (2/12/2024).
"Generasi Z itu tumbuh dalam era yang penuh dengan konten paparan internet, baik berupa game maupun media sosial. Mereka terpapar konten yang sangat banyak dan seringkali tidak sehat, seperti standar kecantikan yang tidak realistis, bullying online, dan tekanan untuk selalu tampil sempurna. Semua ini dapat meningkatkan kecemasan, depresi, dan stres," ujar Kassandra.
Anak muda saat ini menghadapi tekanan yang sangat besar, baik dari sekolah, pekerjaan, maupun kehidupan sosial.
"Perasaan harus selalu "terhubung" dan memenuhi ekspektasi dari berbagai pihak (termasuk pengikut media sosial dan teman) bisa menambah stres dan kelelahan mental. Sudah begitu Generasi Z sekarang tumbuh pada masa yang penuh ketidakpastian global, misalnya, krisis finansial, perubahan iklim. Semua faktor ini menciptakan ketakutan akan masa depan, kesulitan dalam mencari pekerjaan, dan ketidakpastian sosial yang bisa menambah masalah mental," seru Kassandra.
Meskipun masalah kesehatan mental ada di seluruh kelompok usia mulai dari generasi Baby Boomers, Milenial, Gen Z lebih terbuka dalam membicarakan isu-isu kesehatan mental.
"Karena Gen Z lebih terbuka soal kesehatan mental. Hal ini dapat menciptakan persepsi bahwa pada generasi ini seakan-akan mereka lebih "rentan" atau lebih sering mengalami masalah, padahal mungkin mereka hanya lebih berani mengakuinya dan mencari bantuan," pungkas Kassandra.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.