JAKARTA, KOMPAS.TV – Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip), Teguh Yuwono, berpendapat dua pasang kandidat Calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Tengah belum sepenuhnya menguasai medan.
Teguh menyampaikan pendapat itu dalam dialog Kompas Petang, Kompas TV, Jumat (8/11/2024).
Dialog tersebut membahas tentang rencana Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang berencana turun gunung untuk mengampanyekan pasangan Andika Perkasa-Hendrar Prihadi, dan pertemuan Ahmad Luthfi Taj Yasin Maimoen dengan Jokowi.
Teguh menjawab pertanyaan apakah ada kegentingan di Pilkada Jawa Tengah sehingga Megawati harus turun gunung dan Jokowi pun dilibatkan.
Baca Juga: Makin Dekat Puncak Pilkada 2024, Pengamat Politik: Cagub Dekati Tokoh Harap Efek 'Endorsement'
“Kegentingannya adalah karena sampai hari ini belum ada calon yang menguasai medan betul,” kata dia.
“Kalau Megawati nggak turun, atau Jokowi nggak turun, 40 persen (suara mengambang) ini bisa menjadi suara liar. Saya kira ground fighting-nya ada di 40 persen ini,” imbuhnya.
Ia berpendapat, saat ini kedua pasang calon sama-sama dalam posisi bertarung untuk mmperebutkan pemilih yang belum loyal.
“Jadi kalau sekarang ini, berdasarkan survei (Litbang) Kompas kemarin, dengan 28,8 dan 28,1 itu sebetulnya pemilih-pemilih loyalis yang sudah dari awal memiliki keputusan memilih.”
Saat ditanya apakah tokoh-tokoh besar yang kemudian dilibatkan dalam pemenangan bertugas untuk meyakinkan para pemilih mengambang, Teguh menjawab itu salah satu tugas mereka.
“Salah satunya, karena kalau tokoh-tokohnya nggak imbang, tentu ibarat petarung kalau yang memback up tokohnya tidak seimbang, tentu mereka memiliki pertimbangan-pertimbangan strategis untuk menurunkan tokoh-tokoh besar.”
Dalam dialog tersebut, Teguh juga menyebut bahwa sejak lima hingga 10 tahun terkhir, Solo menjadi tolok ukur politik nasional.
“Memang Solo menjadi the most powerfull yang menjadi acuan banyak pihak yang akan berkompetisi.”
“Tapi sebetulnya kalau kita lihat persoalannya, Jawa Tengah ini kan memang jadi tolok ukur politik nasional, di mana Jokowi berkembang dari Solo, berawal dari Solo,” jelasnya.
Namun, Pilkada Jawa Tengah 2024 ini juga menjadi ujian mengenai efek dari Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Baca Juga: Megawati Akan 'Turun Gunung' ke Solo Jelang Pilgub Jateng, Upaya Bela Andika-Hendrar?
“Tadi yang disebut di awal sebagai efek dari public figure endorsement akan diuji sebetulnya, apakah pilpres kemarin itu berefek di pilkada-pilkada di Jawa, khususnya Jawa Tengah dan sekitar Solo, Wonogiri, Sragen, itu kan selama ini kekuatan merah di situ sangat besar.”
“Tentu kubu Megawati, kubu PDI Perjuangan tak ingin kehilangan momentum dengan lumbung-lumbung suara yang selama ini memang menjadi back up indikator politik nasional untuk PDI Perjuangan,” imbuhnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.