JAKARTA, KOMPAS.TV - Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun, merasa dianaktirikan terkait hasil survei yang dilakukan lembaga-lembaga survei. Menurut dia, hasil survei tergantung siapa pendananya.
“Kami memang dianaktirikan. Karena apa? Kami tidak punya kekuatan untuk mempengaruhi lembaga survei, untuk menaikkan angka yang ditulisnya,” ucap Dharma di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa (5/11/2024), saat diminta menanggapi hasil survei.
Dharma yang berpasangan dengan Kun Wardana, menuding lembaga-lembaga survei tidak membuka informasi mengenai sampel yang disurvei, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, dan pendanaannya.
Alih-alih menyikapi hasil survei, Dharma justru menuding survei yang dilakukan berbagai lembaga sebagai upaya penggiringan opini.
Baca Juga: Survei Litbang Kompas Pilkada Jakarta: RK-Suswono 34,6%, Dharma-Kun 3,3%, dan Pramono-Rano 38,3%
“Jadi biarlah mereka melakukan. Ini kan semacam penggiringan opini. Tapi saya yakin dan percaya bahwa rakyat sudah cukup cerdas untuk melihat. Karena dari lembaga survei yang satu dengan yang lain, itu tergantung siapa yang ada di belakangnya. Kita bisa melihat, makanya kan mereka ada yang kena kode etik,” ujarnya.
Dharma lebih lanjut berharap masyarakat tidak "termanipulasi" dengan hasil-hasil survei.
“Jadi, jangan sampai rakyat termanipulasi untuk hal-hal seperti ini. Jadi mari kita sama-sama cerdas. Dan saya berharap, rekan-rekan wartawan pun mengajak rakyat untuk cerdas,” katanya.
Baca Juga: Elektabilitas Tertinggi di Survei Litbang Kompas, Pramono: Saya Tetap Fight, Konsolidasi ke Bawah
Berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas, elektabilitas Dharma Pongrekun - Kun Wardana sebesar 3,3 persen.
Jauh di bawah dua pasangan lainnya yaitu Pramono Anung - Rano Karno (38,3 persen) dan Ridwan Kamil - Suswono (34,6 persen).
Sementara 23,8 persen responden menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan.
Survei Litbang Kompas tersebut dilakukan pada 20-25 Oktober 2024 dan melibatkan 1.000 responden yang diberikan pertanyaan model tertutup.
Kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi. Survei ini dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas (PT Kompas Media Nusantara).
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.