JAKARTA, KOMPAS.TV - Beberapa waktu terakhir, warganet kembali membicarakan fenomena suhu dingin "bediding" yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia.
Menurut warganet melalui akun X (dulu Twitter) @convomf, cuaca pada Senin (12/8/2024) begitu dingin.
Warganet lain juga menyebutkan, suhu di Bandung, Jawa Barat mencapai 15 derajat Celsius dan Kediri, Jawa Timur mencapai 19 derajat Celsius.
Fenomena suhu dingin ini kembali terjadi pada Agustus setelah terjadi pada pertengahan Juli 2024 lalu.
Baca Juga: Jurus Orang Tua Jaga Pola Hidup Anak, Cegah Gagal Ginjal Agar Tak Cuci Darah
Melansir laman bmkg.go.id, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan fenomena suhu dingin menjelang puncak musim kemarau terjadi pada Juli-Agustus 2024, bahkan bisa sampai September 2024.
BMKG menjelaskan, suhu dingin Agustus 2024 disebabkan oleh Angin Monsun Australia yang bertiup menuju Benua Asia melewati Wilayah Indonesia dan perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih rendah (dingin).
Angin Monsun Australia ini bersifat kering dan sedikit membawa uap air, apalagi pada malam hari di saat suhu mencapai titik minimumnya.
Fenomen tersebut selanjutnya mengakibatkan suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia terutama wilayah bagian selatan katulistiwa seperti Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara terasa lebih dingin.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto pada Sabtu (19/7). mengungkapkan bahwa disamping Monsun Australia, fenomena tersebut di atas juga disebabkan oleh faktor posisi geografis, kondisi topografis, ketinggian wilayah, dan kelembaban udara yang relatif kering.
Baca Juga: Peringatan Dini 13-14 Agustus 2024, BMKG: 14 Wilayah Berpotensi Alami Dampak Hujan Lebat
Selain itu pada bulan Juni - Agustus posisi sudut datang dari sinar matahari sedang berada di posisi terjauh dari Indonesia, khususnya di wilayah Indonesia bagian Selatan Khatulistiwa.
Guswanto menyebut, hal tersebut menyebabkan langit menjadi cerah sepanjang hari.
Kurangnya tutupan awan pada malam hari menyebabkan radiasi panas dari permukaan bumi terpancar ke atmosfer tanpa ada hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan.
Selain itu, angin yang tenang di malam hari menghambat pencampuran udara, sehingga udara dingin terperangkap di permukaan bumi.
"Daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembaban yang lebih rendah," imbuhnya.
Sumber : bmkg.go.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.