JAKARTA, KOMPAS.TV - Setiap tanggal 30 Juli, Majelis Umum PBB menetapkannya sebagai Hari Persahabatan Internasional, sejak 2011 silam. Gagasan awalnya adalah bahwa persahabatan antara masyarakat, negara, budaya dan individu dapat menginspirasi upaya perdamaian dan membangun jembatan antar komunitas
"Hari Persahabatan Internasional merupakan sebuah inisiatif yang merupakan kelanjutan dari proposal yang dibuat oleh UNESCO yang mendefinisikan Budaya Perdamaian sebagai seperangkat nilai, sikap, dan perilaku yang menolak kekerasan dan berusaha mencegah konflik dengan mengatasi akar penyebabnya dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Definisi ini kemudian diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun 1997," demikian penjelasan PBB dikutip dari laman PBB berbahasa Indonesia, indonesia.un.org.
Baca Juga: Pemimpin Negara Sahabat Ucapkan Selamat ke Prabowo, Terkini Raja Salman dan PM Singapura
Pada saat yang sama, PBB juga mengakui kondisi dunia saat ini yang sarat dengan krisis, kemiskinan dan kekerasan. "Dunia kita menghadapi banyak tantangan, krisis, dan kekuatan perpecahan - seperti kemiskinan, kekerasan, dan pelanggaran hak asasi manusia - di antara banyak hal lainnya - yang merongrong perdamaian, keamanan, pembangunan, dan keharmonisan sosial di antara orang-orang di dunia."
Hal itu semakin relevan ketika dunia saat ini menyaksikan serangan Israel ke Palestina yang sudah tujuh bulan namun terlihat tanda-tanda akan berakhir. Jumlah korban tewas warga Palestina menurut AFP, hingga akhir Juli sudah menembus angka 39.258 orang dengan jumlah korban mencapai 90.589 orang. Bahkan, setiap hari ada saja laporan kematian termasuk anak-anak tak berdosa dan para perempuan.
Tak kurang, PBB terus mengecam kebrutalan Israel atas berbagai serangan ke warga Palestina. Bahkan kebijakan Israel telah mengubah geografi Tepi Barat Palestina, demi upaya memperluas kedaulatannya. Kecaman itu dilontarkan Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, Rabu (17/7/2024). Guterres menilai bahwa kebijakan-kebijakan Israel telah mengubah geografi wilayah Tepi Barat. Bahkan, meningkatnya kekerasan yang dilakukan pemukim ilegal Yahudi terhadap warga Palestina, serta penggerebekan yang dilakukan militer Israel, turut mendorong upaya perluasan kedaulatan Israel atas Tepi Barat.
Baca Juga: Trump Gemborkan Persahabatan dengan Kim Jong-Un, Bakal Ajak Pemimpin Korea Utara Nonton Baseball
Sekjen PBB itu juga mengulangi seruannya untuk segera melakukan gencatan senjata dalam perang Gaza dan membebaskan semua sandera.
Dari berbagai kekacauan dunia itu, persahabatan tetaplah penting, termasuk bersahabat dengan berbagai bangsa, budaya dan karakter. Seperti disampaikan oleh Tiara Puspita, psikolog Tiga Generasi, kepada PARAPUAN bahwa pertemanan berbeda karakter bisa memberikan keuntungan.
“Keuntungannya dari pertemanan berbeda karakter adalah kehidupan kita lebih berwarna dan juga bisa saling belajar dari kehidupan satu sama lain,” kata perempuan yang juga akrab dipanggil Tita.
“Bisa lebih empati terhadap kehidupan orang lain, dan juga tidak hanya melihat permasalahan dari satu sudut pandang saja, tapi bisa lebih beragam,” ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.