JAKARTA, KOMPAS.TV – Analis politik Hanta Yuda berpendapat, Anies Baswedan belum tentu akan menang di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024, meski di beberapa survei meraih elektabilitas tinggi.
Analisis tersebut Hanta sampaikan dalam dialog Kompas Petang, Kompas TV, Kamis (25/7/2024).
Menurutnya, sangat mungkin ada dinamika pada Pilkada Jakata, sehingga jangan terburu-buru menyimpulkan bahwa Anies pasti menang.
“Jangan buru-buru menyimpulkan bahwa ajeg seperti sekarang ini, karena itu petanya Anies kuat per hari ini, tapi apakah Anies pasti menang? Belum tentu,” ucapnya.
“Potensi menangnya 60 persen tapi menyimpan potensi kalah 40 persen,” ujarnya.
Baca Juga: Soal Nasib Duet Kaesang-Jusuf Hamka di Jakarta, Airlangga: Golkar Tunggu Hasil Survei
Hanta Yuda menjelaskan, ada kemungkinan muncul dua poros di Pilkada Jakarta, namun tidak menutup kemungkinan muncul poros ketiga.
“Tetapi mungkin juga ini akan menjadi dua. Kalau tiga, kita berbicara PDIP ya,” katanya.
“PDIP pasti memperhatikan kalau ingin lolos ke putaran kedua, nama seperti Pak Ahok yang dipertimbangkan karena memiliki kemampuan kompetisi lebih kuat untuk masuk ke putaran kedua,” tuturnya.
Tetapi, lanjut dia, jika masuk ke putaran kedua, figur Ahok tidak akan lebih baik daripada figur baru untuk bertarung di putaran kedua. Dilema itulah yang menurutnya diukur oleh PDI Perjuangan.
“Percuma ada figur baru, bisa bertarung di putaran kedua tapi tidak lolos di putaran pertama. Itu kalau kita bicara tiga poros,” katanya.
“Tapi dua poros sangat mungkin, di mana petanya ada dua kemungkinan. Satu, Anies akan berhadapan dengan PDI Perjuangan, figurnya bisa Pak Ahok atau nama lain,” ungkapnya.
Jika itu terjadi, lanjut dia, ada kemungkinan Koalisi Indonesia Maju akan mendukung Anies Baswedan dan wakilnya bisa saja Kaesang Pangarep atau siapa pun.
“Atau kedua, Anies baswedan akan berhadapan dengan KIM, sehingga PDIP akan ke mana. KIM ya dengan siapa,” katanya.
Baca Juga: Ditanya soal Maju Pilgub Jakarta atau Jabar, Ini Jawaban Ridwan Kamil
Berdasarkan analisisnya, ujung dari Pilkada Jakarta adalah head to head, dan itu akan memengaruhi sikap PDIP.
“Ada tiga faktor untuk melihat angka incumbent. Pertama, angka incumbent itu kalau menang bertarung harus di atas 60 bahkan di atas 70,” tuturnya.
“Kedua, tren dari seorang petahana itu relatif lebih mudah turun ketimbang naik. Ketiga, isu-isu yang menyertai Jakarta itu sangat dinamis,” jelasnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.