Kompas TV nasional hukum

Ironi Judi Online: Sosiolog Sebut Banyak Pemain Adalah Pengangguran Terdesak Kebutuhan

Kompas.tv - 25 Juli 2024, 12:15 WIB
ironi-judi-online-sosiolog-sebut-banyak-pemain-adalah-pengangguran-terdesak-kebutuhan
Ilustrasi. Sosiolog Universitas Nasional Nia Elvia menilai judi online marak di Indonesia karena banyaknya jumlah pengangguran. Judi online di Indonesia disebutnya berkembang di Indonesia karena minimnya lapangan pekerjaan. (Sumber: SHUTTERSTOCK/WPADINGTON/Kompas.com)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

JAKARTA, KOMPAS.TV - Sosiolog Universitas Nasional Nia Elvia menilai judi online marak di Indonesia karena banyaknya jumlah pengangguran. Judi online di Indonesia disebutnya berkembang di Indonesia karena minimnya lapangan pekerjaan.

Nia menyebut judi online dianggap masyarakat menjadi salah satu jalan pintas mendapatkan uang dalam jumlah banyak. Pasalnya, banyak masyarakat yang menganggur didesak kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi.

Baca Juga: Psikiater Ungkap 7 Perilaku Buruk Akibat Kecanduan Judi, Saraf di Otak Terganggu

Kondisi tersebut disebutnya semakin parah karena banyak pengangguran yang belum terserap lapangan kerja sejak pandemi Covid-19. Hal ini membuat para pengangguran mempertimbangkan judi online sebagai opsi mencari nafkah.

"Dari beberapa hasil riset, angka pengangguran di Indonesia meningkat sejak pandemi hingga saat ini dan lapangan pekerjaan amat minim," kata Nia, Kamis (25/7/2024).

Menurut Nia, salah satu opsi menekan angka pemain judi online adalah dengan membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat. Pemerintah juga dinilai perlu berperan mempermudah akses masyarakat untuk pekerjaan yang layak.

Selain itu, pemerintah disebutnya dapat menyediakan pelatihan agar pengangguran memiliki keahlian untuk bekerja atau membuka usaha. 

Nia mengatakan bahwa lapangan kerja layak dapat mengubah kondisi sosial masyarakat terkait judi online. Dia meyakini para pemain akan mulai meninggalkan judi jika memiliki pekerjaan layak.

"Selain itu, secara sosial, judi online tidak dianggap sebagai pekerjaan prestisius," katanya dikutip Antara.

Di lain sisi, Nia menilai pemerintah dapat menggandeng tokoh agama untuk mengurangi aktivitas judi online. Menurutnya, pemain judi online dapat dipengaruhi dengan pendekatan agama.

"Dengan adanya fenomena maraknya judi online, saya kira peran ulama kita perlu ditingkatkan. Nilai atau norma agama ini amat penting dalam masyarakat, untuk menjadi panduan dalam berperilaku," kata Nia.

Baca Juga: Perangi Judi Online, BRI Blokir 1.049 Rekening dan Terapkan Sistem Anti Pencucian Uang


 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



Kunjungan Paus ke Indonesia

FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x