Kompas TV nasional humaniora

Kemenkes Ingatkan Masyarakat Waspada DBD Saat Kemarau Juli-Agustus

Kompas.tv - 20 Juni 2024, 12:05 WIB
kemenkes-ingatkan-masyarakat-waspada-dbd-saat-kemarau-juli-agustus
Kementerian Kesehatan mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama musim kemarau, yaitu Juli-Agustus. (Sumber: Kompas.com)
Penulis : Dina Karina | Editor : Desy Afrianti

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Kesehatan mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai meningkatnya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) selama musim kemarau, yaitu Juli-Agustus. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi mengatakan, kemarau diperkirakan akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk.

“Jadi, kita dapat penelitian waktu suhunya 25 derajat celcius itu nyamuk menggigitnya lima hari sekali. Tapi, kalau suhunya 20 derajat celcius, nyamuk akan menggigit dua hari sekali. Ini dapat meningkatkan potensi kasus terjadi saat Juli dan Agustus saat suhu udara tinggi,” kata Imran dalam keterangan resmi Kemenkes, Rabu (19/6/2024). 

Menurutnya, kasus DBD di Indonesia mengalami pemendekan siklus, yang mengakibatkan peningkatan Incidence Rate (IR) dan penurunan Case Facility Rate (CFR).

Baca Juga: Penjelasan Kemenkes soal Gejala DBD di Tubuh Penyintas Covid-19 Pascapandemi

“Terjadi pemendekan siklus tahunan dari 10 tahun menjadi tiga tahun bahkan kurang, yang disebabkan oleh fenomena El Nino,” ujarnya. 

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mencatat hingga pekan ke-22 tahun 2024 terdapat hampir 120.000 kasus dengue dan angka tersebut melebihi total kasus dengue pada 2023 yang hanya 114.700.

Imran menyebut, bahwa kematian akibat dengue pada 2024 sejauh ini sudah 777, sementara pada 2023 sebanyak 894 kasus.

"Kalau kita lihat di sini, jumlah paling banyak, tetap paling banyak adalah Jawa Barat. Kemudian tahun ini disusul DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah," ungkap Imran di Jakarta seperti dikutip dari Antara, Jumat (14/6).

Baca Juga: Disorot Media Asing, Menparekraf Sandiaga Harap Melonjaknya Kasus DBD Tak Ancam Pariwisata Indonesia

Adapun untuk kasus kematian, ujarnya, Jawa Barat tertinggi, dan disusul Jawa Tengah, lalu Jawa Timur.

"DKI malah nggak muncul di sini. Kalau saya sih melihat sebetulnya kunci penanganannya, di DKI ini begitu terdeteksi orang demam berdarah, langsung masuk, opname. Karena kalau disuruh pulang, kita susah untuk melakukan monitoring," ujarnya. 

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024.

Pada Juli 2024, kemarau diprediksikan terjadi di sebagian pulau Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Barat, dan sebagian Kalimantan Utara.

Baca Juga: Satpol PP: Denda Rp50 Juta Bagi Warga Jakarta yang Rumahnya Ditemukan Jentik Nyamuk DBD

Sedangkan pada Agustus 2024, kemarau diprediksi terjadi di sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian Pulau Papua.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Erni J. Nelwan menerangkan beberapa tanda dan gejala DBD. Yaitu mendadak demam tinggi, sakit kepala, nyeri pada tulang dan otot.

"Kemudian timbul bercak kemerahan, hidung berdarah, sakit di belakang mata, mual dan muntah, serta kelelahan. Namun, gejala nggak khas, yah, tapi dominannya demam,” ujarnya. 



Sumber :



BERITA LAINNYA



Close Ads x