Kompas TV nasional politik

Bahas soal Tapera, Pengamat Kebijakan Publik: Masyarakat Kena Prank Presiden

Kompas.tv - 28 Mei 2024, 19:26 WIB
bahas-soal-tapera-pengamat-kebijakan-publik-masyarakat-kena-prank-presiden
Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagyo dalam dialog Kompas Petang, Kompas TV, Selasa (28/5/2024). (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Deni Muliya

JAKARTA, KOMPAS.TV – Pengamat kebijakan publik Agus Pambagyo berpendapat, publik kena prank presiden tentang Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) karena yang diterbitkan baru berupa PP.

Pernyataan Agus tersebut disampaikan dalam dialog Kompas Petang, Kompas TV, Selasa (28/5/2024), menjawab pertanyaan tentang apakah aturan itu dipaksakan.

“Publik kena prank presiden saja, karena peraturan yang dikeluarkan kan baru PP,” tuturnya.

“Pelaksanaannya bagaimana, Permennya (peraturan menteri) bagaimana, jadi pertanyaan detail publik itu yang harus dijawab ada di peraturan pelaksanaannya. Sama seperti BPJS satu tarif itu, kan mekanismenya bagaimana,” katanya.

Baca Juga: Tanggapi PP tentang Tapera, Buruh di KASBI Curiga Modus Politik untuk Modal Kekuasaan Rezim Oligarki

Mengenai rencana pemotongan gaji sebesar 3 persen untuk tapera tersebut, lanjut Agus, memunculkan pertanyaan mengenai teknis pelaksanaannya.

“Nah ini 3 persen, terus nanti 3 persen kalau saya sudah punya rumah bagaimana, kalau saya mau direnovasi bisa nggak? Kapan saya bisa menarik uangnya? Kemudian kapan saya dapat rumah?,” ungkapnya, bertanya.

“Katanya tanahnya sendiri, iya kalau kita punya tanah. Kalau kita nggak punya tanah bagaimana? Jauh nggak dari tempat kita kerja atau kos?” tambahnya.

Semua hal tersebut, lanjut Agus, perlu penjelasan rinci agar tidak menjadi pertanyaan di masyarakat.

“Sekarang ini pemerintah dan presiden memang membiarkan darpada mereka pusing, biar saja suruh masyarakat mikir, nanti baru kita rangkum, kan begitu kesannya,” katanya.

Ia juga menjelaskan, program tersebut merupakan program lama, yang awalnya bernama Bapertarum.

Namun setelah beberapa kali berganti nama, program tersebut tidak berhasil.

“Pokoknya supaya semua orang punya rumah. Bagaimana caranya pakai tabungan lalu disubsidi, dan seterusnya dan seterusnya. Tapi tidak pernah berhasil. Karena memang di kepala kita ini orang Indonesia niatnya selau korupsi, jadi susah,” tuturnya.

Baca Juga: Gaji Swasta Dipotong 3 Persen untuk Tapera, Manfaat atau Beban Bagi Karyawan?

“Nah sekarang ini juga detailnya bagaimana? Belum kan. Kita belum tahu seperti apa,” tambahnya.

Ia juga menduga pengumuman mengenai pemotongan gaju untuk tapera tersebut merupakan trik agar tidak perlu lagi melakukan konsultasi publik untuk aturan itu.

“Jadi di-prank dulu sama presiden, nanti kita ramai, nanti diambil mungkin yang harusnya itu berupa konsultasi publik untuk bisa mendengarkan semua aspirasi masyarakat. Ini konsultasi publiknya lewat prank begini,” ungkapnya.



Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA


Opini

Anima Mundi

8 Juli 2024, 23:00 WIB

Close Ads x