JAKARTA, KOMPAS.TV - Mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengaku sudah menonton film dokumenter Dirty Vote yang mengungkap dugaan-dugaan potensi kecurangan Pemilu 2024.
"Semua orang bisa mengatakan fitnah, tunjukkan di mana fitnahnya, karena semua ada, semua data dulu keluar baru komentar, kan," kata JK, Senin (12/2/2024) dikutip dari laporan tim KOMPAS TV.
"Semua ada datanya, angka-angkanya, tanggal-tanggalnya, semuanya lengkap," katanya.
Film Dirty Vote dirilis oleh rumah produksi Watchdoc di kanal YouTube pada Minggu (11/2/2024) lalu.
Per Senin (12/2) pukul 19.30 WIB, film tersebut telah ditonton sebanyak 5,4 juta.
Film dokumenter itu menampilkan tiga orang pakar hukum tata negara. Mereka adalah Feri Amsari, Bivitri Susanti, dan Zainal Arifin Mochtar.
Baca Juga: Jusuf Kalla Sebut Dirty Vote Mungkin Baru Ungkap 25 Persen Kecurangan: Masih Ringan, Masih Sopan
Ketiganya memaparkan tentang dugaan penyimpangan yang terjadi dalam berbagai hal terkait proses Pemilu di Indonesia yang menerapkan praktik demokrasi.
Diberitakan Kompas.tv sebelumnya, pembuatan film ini adalah hasil kolaboriasi lintas lembaga sipil.
Produser film sekaligus Ketua Umum Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (SIEJ) Joni Aswira memaparkan pembiayaan film ini dihimpun melalui sistem crowd funding, sumbangan individu, hingga dari sejumlah lembaga.
“Biayanya patungan. Selain itu, Dirty Vote juga digarap dalam waktu yang pendek sekali sekitar dua minggu, mulai dari proses riset, produksi, penyuntingan, hingga rilis. Bahkan lebih singkat dari penggarapan End Game KPK (2021),” kata Joni, Senin (12/2).
Baca Juga: Gibran Mengaku Belum Nonton Dirty Vote: Makasih Masukannya, Kalau Ada Kecurangan Silakan Dilaporkan
Sementara itu, Tim Kampanye Nasional (TKN) capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menyebut Dirty Vote adalah film bernada fitnah.
Tim Hukum dan Advokasi TKN Prabowo-Gibran, Habiburokhman menilai film dokumenter tersebut bernada fitnah dan memiliki narasi kebencian yang tidak ilmiah.
Hal ini disampaikannya dalam konferensi pers di Media Center TKN Prabowo Gibran, Jakarta, Minggu (11/2/2024).
"Di negara demokrasi semua orang memang bebas menyampaikan pendapat, namun perlu kami sampaikan sebagian besar yang disampaikan dalam film tersebut adalah sesuatu yang bernada fitnah, narasi kebencian yang sangat asumtif dan tidak ilmiah," kata Habiburokhman, dikutip dari siaran langsung akun Instagram resmi TKN Prabowo Gibran.
Baca Juga: Alasan Dirty Vote Dirilis saat Masa Tenang Pemilu, Sutradara: Refleksi Politik Jelang Hari Pemilihan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.