JAKARTA, KOMPAS.TV - Guru Besar Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Koentjoro menilai bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencla mencle sebagai kepala negara.
“Mencla-mencle, sebagai seorang kepala negara itu sabdo pandito ratu, apalagi dia orang Solo,” ucap Koentjoro dalam dialog Satu Meja the Forum KOMPAS TV, Rabu (7/2/2024).
Maka itu, Koentjoro mengatakan, dalam Petisi Bulaksumur disampaikan ada tindakan yang menyimpang terjadi di pemerintahan Presiden Jokowi.
“Kasus MK, cacat! Dan kasus MK itu sebenarnya mengajarkan pada kita bahwa hasil itu tidak pernah meninggalkan proses,” ujar Koentjoro.
Baca Juga: Jawaban Gibran saat Jokowi Dikritik Kalangan Akademisi: Kami Tampung dan Evaluasi
Bukan hanya itu, Koentjoro juga mengkritisi pembenaran-pembenaran hingga kebohongan yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi.
“Jadi intinya banyak kebohongan-kebohongan yang dilakukan atas nama bansos, atas nama yang namanya kampanye, tidak boleh kampanye, atas nama tidak boleh berpihak, tetapi semuanya itu dilanggar,” kata Koentjoro.
“Karena itu apa, kita dengan cinta kasih kita sebagai orang UGM, karena semuanya kan orang UGM di situ, karena itu jangan sampai nama baik UGM itu hancur, karena itu apa, kita ingatkan.”
Koentjoro lebih lanjut mengaku merasa sakit dengan pernyataan yang disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, karena menyebut sikap sivitas akademika partisan.
“Bahkan yang menurut saya sakit itu adalah kita dikatakan partisan, berpihak, kita berpihak pada siapa? Wong di 01 itu ada Anies dan Muhaimin, itu UGM, kemudian di nomor 3 ada Ganjar-Mahfud itu UGM, lalu di 02 ada representasi Gibran, anaknya Jokowi, tapi ada juga di situ tokoh partainya, Airlangga Hartarto,” paparnya.
Baca Juga: TKN Anggap Ganjar Jadi Hakim Moral karena Sebut 3 Jenderal Pendukung Prabowo-Gibran Mencla-mencle
“Kemudian yang di balik Pak Jokowi semua orang-orang UGM. Kalau semuanya nggak diingatkan, UGM yang hancur, karena dengan bahasa kasih, ayo Pak Jokowi kita kembali ke nilai-nilai dan jati diri UGM. Ayo Pak Jokowi kita jalankan demokrasi Pancasila dengan baik, tapi malah tanggapannya seperti itu.”
Menurut Koentjoro, situasi yang terjadi saat ini tidak lepas dari kekeliruan UGM menempatkan Jokowi terlalu tinggi dan kerap memuja-muja.
“Kalau dulu kita puja-puja, barangkali kesalahan fatal kita menempatkan terlalu tinggi, sehingga merasa tidak pernah salah,” kata Koentjoro.
Berikut video lengkap dialog Satu Meja the Forum KOMPAS TV dengan tema Ramai-ramai Kritik Jokowi:
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.