JAKARTA, KOMPAS.TV- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar meminta berbagai pihak hati-hati menggunakan isu deforestasi. Ditegaskannya, isu deforestasi adalah isu internasional yang bisa melemahkan negara.
Demikian Siti Nurbaya merespons perihal debat keempat yang memunculkan data deforestasi salah dari cawapres 03 Mahfud MD, Selasa (23/1/2024).
“Jangan lupa lho ya deforestasi ini adalah isu internasional yang bisa melemahkan negara, jadi kita mesti hati-hati,” tegas dia.
“Itu sebabnya saya berani aja, saya challenge internasional punya metode apa tentang deforestasi, sama nggak dengan metode Eropa dengan metode tropisnya, nggak sama, ini sedang kita kerjakan, kita dibantu oleh Norwegia, dibantu oleh Amerika juga WRI internasional, kita mau rapikan metode ini kalau dia benar metodenya Indonesia, lepas begitu, cocok, nah kita akan pakai untuk negara tropis mulai dari ASEAN.”
Baca Juga: Anies Ucapkan Selamat Ultah ke Megawati: Terus Jadi Tiang Kokoh, Tegar Jaga Konstitusi dan Demokrasi
Dalam keterangannya, Siti Nurbaya kemudian memastikan data deforestasi yang dipergunakan Mahfud MD di debat Pilpres 2024 salah.
“Datanya nggak kayak gitu, datanya salah, saya nggak mau ngomong orangnya salah, saya ngomong datanya salah,” tegas perempuan yang juga politikus Partai NasDem ini.
Dijelaskan Siti Nurbaya, deforestasi terbesar terjadi di tahun 2015 dengan angka 1,09 juta hektar karena el nino besar dan kebakaran hutan. Selanjutnya, kata Siti, angka deforestasi terus turun hampir di setiap tahunnya hingga tahun 2022 di angka 104 ribu hektar.
“Dia mesti ngerti deforestasi itu apa sih, yang cara ngelihatnya gimana, cara ngitungnya gimana, kemudian kalau udah ngerti konsepnya, dia enggak bisa dia hitung deforestasi tahun ini, tambah deforestasi tahun ini, tanpa membayangkan spasialnya,” ujarnya.
Baca Juga: Pengamat: jika Sri Mulyani Mundur Akan Terjadi Demoralisasi, Lemahkan Psikopolitis Kekuatan Jokowi
Selain itu, bicara metode deforestasi itu harus dengan cara melakukan cek mulai dari cara hitung dan interpretasi satelit.
“Itu aja metodenya aja nggak cocok untuk Indonesia dan salah, karena kita udah uji, data tahun 2022 kita uji yang dilepas Global Forest watch di lapangan,” ucap dia.
“Ayo ke lapangan sama-sama, cek, seperti apa yang kamu bilang primary forest dan seperti apa yang anda bilang deforestasi, ternyata setelah di cek di lapangan bukan forest, ternyata daun pisang, pohon pisang yang begitu bergerombol dengan kepadatan, kalau di satelit bisa sama, karena apa, karena dia warnanya gelap, kasar teksturnya, jadi mungkin diinterpretasinya seperti oh ini forest, ini forest semua.”
Maka itu Siti Nurbaya menegaskan untuk menghitung angka deforestasi harus memahami metode terlebih dahulu.
“Metodenya harus dipahami, maka saya harus bilang ayo kita beradu metodenya dulu, karena kan yang benar, saya sih enggak ada masalah mau apapun hasilnya tapi metodenya dulu dong yang benar, mau polusi udara kek, mau soal polusi air kek, apalagi deforestasi,” tegas dia.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.