JAKARTA, KOMPAS.TV – Pakar komunikasi politik dari Universitas Airlangga, Suko Widodo, menyebut bahwa debat bukan sekadar apa yang disampaikan tetapi juga bagaimana cara menyampaikan.
Penjelasan Suko tersebut disampaikan dalam dialog Sapa Indonesia Malam di KompasTV, Senin (22/1/2024), membahas gestur dan gimik tiga cawapres dalam debat keempat Pilpres 2024, Minggu (21/1).
“Debat ini kan argumentatif. Dia tradisinya sebenarnya tradisi akademis yang menggunakan etika, diksi, yang terdidik kalangan terpelajar,” jelasnya.
“Jadi awalnya di Amerika, di kampus yang dibawa keluar. Sebetulnya debat itu bukan sekadar persoalan apa yang saya sampaikan tapi juga menyangkut bagaimana cara menyampaikan.”
Suko mengaku sepakat dengan pendapat pakar gestur dan mikroekspresi Monica Kumalasari yang juga menjadi naraumber dalam dialog tersebut, yang mengatakan bahwa cawapres nomor urut 1 sangat tenang.
“Saya sepakat dengan Mbak Monica, dengan bagus menggambarkan Cak Imin dengan tenang keceriaannya muncul,” kata Suko.
“Jadi dia menjadi dirinya sendiri meskipun ada beberapa yang lepas, tetapi menghadapi tekanan juga dengan tenang. Kemarin juga saya lihat memang Cak Imin elegan.”
Baca Juga: Reaksi Mahfud Saat Gibran Sebut Food Estate Ada yang Berhasil
Menurutnya, pada sesi awal hingga pertengahan, cawapres nomor urut 2 Gibran Rakbuming Raka tampil sangat luar biasa.
“Saya lihat yang kedua Pak Gibran. Pak Gibran pada sesi pertengahan itu luar biasa, saya nggak nyangka begitu bagus presentasinya.”
“Tetapi ketika di dalam ruang diskusi dia jatuh, dia tergelincir atau menggelincrkan diri,” tuturnya.
Suko mengaku sempat berdiskusi dengan beberapa anak muda untuk membahas sikap yang ditunjukkan Gibran dalam debat.
“Saya diskusi dengan anak muda, apakah itu betul misalnya gaya yang semacam itu? Itu tidak pernah ada dalam ruang debat yang ilmiah, sehingga gimmiknya berlebih, substansinya menjadi lepas, akhirnya menjadi konflik.”
Ketiga, lanjut dia, Mahfud MD cukup tenang meskipun sempat tergelincir karena empat terpancing juga dengan kalimat yang menekan.
Baca Juga: TKN Prabowo-Gibran Respons Yenny Wahid Kritik Gimik Gibran
“Yang menjadi penting adalah this is not only what to say tapi how to say itu menjadi penting, dan orang akan melihat itu.”
“Dalam komunikasi, sistem komunikasi apa pun, selalu meletakkan konteks komunikasi dan etika komunikasi, dan gestur itu, gestur atau non-verbal kadang lebih kejam, gerakan-gerakan itu sangat melukai, ada titik di mana itu membuat emosi,” bebernya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.