Kompas TV nasional rumah pemilu

Pengamat Mengingatkan, Tidak Cukup Hanya Raih 50 Persen Plus 1 untuk Menang Pilpres Satu Putaran

Kompas.tv - 18 Januari 2024, 21:53 WIB
pengamat-mengingatkan-tidak-cukup-hanya-raih-50-persen-plus-1-untuk-menang-pilpres-satu-putaran
Pengamat politik, Adi Prayitno, mengingatkan bahwa untuk menang satu putaran dalam Pilpres 2024 tidak cukup hanya dengan meraup suara 50 persen plus satu. (Sumber: Tangkapan layar Kompas TV)
Penulis : Kurniawan Eka Mulyana | Editor : Iman Firdaus

JAKARTA, KOMPAS.TV -  Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Adi Prayitno, mengingatkan bahwa untuk menang satu putaran dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 tidak cukup hanya dengan meraup suara 50 persen plus satu.

Penjelasan Adi Prayitno tersebut disampaikan dalam dialog Kompas Petang, Kompas TV, Kamis (18/1/2024), menjawab pertanyaan tentang belum ada pasangan calon yang mencapai 50 persen dalam hasil survei.

“Ada dua hal ya, pertama memang peta elektabilitas menuju Pilpres 14 Februari ini bergerak cukup dinamis,” jelasnya.

Menurutnya, ada dua rumus yang harus diingat jika ingin memenangkan pilpres dalam satu putaran.

Baca Juga: Anies soal Pencegahan Stunting: Tak Cukup dengan Makan Siang

“Pertama, bukan hanya harus mendapatkan suara 50 persen plus satu, ada sesuai dengan undang-undang, ketentuannya bahwa untuk menang satu putaran yaitu harus mendapatkan 20 persen minimal dari jumlah pemilih di separuh jumlah provinsi secara nasional.”

“Ada 38 provinsi yang kita miliki, separuhnya kita asumsikan 20 provinsi. Dari 20 provinsi ini harus dapat dipastikan bahwa mendapatkan suara 20 persen minimal dari jumlah pemilih,” tambahnya.

Menurut Adi, akan percuma jika paslon meraih suara 50 persen plus sekian jika sebaran pemilihnya di 20 provinsi tidak mendapatkan 20 persen minimal.


 

“Ini yang menurut saya perlu diperhatikan secara serius, karena itu sesuai dengan aturan undang-undang, yang saya kira memang harus didetailkan.”

“Di survei-survei sering kali ini tidak dimunculkan secara aklamatif, kira-kira Pak Prabowo itu menang di berapa provinsi, kemudian Pak Ganjar di beberapa provinsi, dan Anies di beberapa provinsi,” tambahnya.

Baca Juga: Kata Mahfud MD soal Akun Instagramnya Diretas: Orang Main-Main

Padahal, kata dia, hal itu dapat digunakan untuk memastikan sebenarnya siapa yang lebih memungkinakan untuk lolos di satu putaran, atau ada kemungkinan lolos di putaran kedua.

“Kalau dulu kita menganggap bahwa Jawa adalah kunci, betul Jawa adalah kunci, tapi dengan asumsi itu tidak ada putaran kedua,” jelasnya. 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x