JAKARTA, KOMPAS.TV – Debat pada kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 tidak cukup mampu mengubah pilihan pemilih, bahkan cenderung menguatkan pilihan masing-masing orang.
Penjelasan itu disampaikan oleh Yohan Wahyu, peneliti senior Litbang Kompas, dalam dialog Sapa Indonesia Malam, Senin (8/1/2024), menjawab pertanyaan host tentang pengaruh debat pada elektabilitas.
“Di pertanyaan kami, ini juga pertanyaan yang sama kita tanyakan di jajak pendapat di debat pertama dan debat kedua kemarin, rata-rata sebenarnya cukup rendah ya orang yang menyatakan atau mengaku akan mengubah pilihan,” bebernya.
“Rata-rata di angka 10 persen responden yang menyatakan bahwa debat ini akan menjadi pertimbangan mereka untuk mengubah pilihan.”
Baca Juga: Prabowo Sebut Tak Pantas Bicara Etik, Anies: Kalau Tak Mampu Jawab Jangan Salahkan Penanya
Yohan menegaskan, tidak ada faktor yang cukup besar memengaruhi responden untuk mengubah pilihan setelah menonton debat.
“Jadi memang tidak ada faktor yang cukup besar gitu ya, mampu debat ini mengubah pilihan, ini hanya menguatkan pilihan masing-masing saja.”
“Pemilihnya Pak Prabowo, Pak Anies, dan Pak Ganjar semakin kuat, sementara dari sisi swing voter atau undecided voter ini juga masih menimbang-nimbang, mengkalkulasi,” tuturnya.
Meski demikian, lanjut Yohan,dari angka yang berkisar 10 persen tersebut menjadi harapan bagi semua kandidat.
“Itu menjadi angka harapan bagi semua calon presiden untuk menarik simpati dari pemilih, tidak saja dari undecided voter tapi dari maing-masing pemilih capres ini kan punya potensi swing voter juga.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.