JAKARTA, KOMPAS TV - Ketua Umum PDI Perjuangan atau PDIP Megawati Soekarnoputri menyerukan perlawanan terhadap kekerasan dan intimidasi yang menyasar kepada para pendukung capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Hal itu dikatakan Ganjar usai dirinya mengikuti Rapat Konsolidasi Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, di Jakarta.
"Pesan Bu Mega, dalam waktu singkat, karena ada eskalasi dan terjadi beberapa kekerasan, maka kita harus siaga," kata Ganjar dalam keterangannya, Kamis (4/1/2024).
Baca Juga: Kelakar Capres Ganjar dengan Petani Blora, hingga Ungkap Alasan Buatkan Kartu Tani
Dia menjelaskan, kekerasan dan intimidasi terhadap pendukung Ganjar-Mahfud, termasuk sejumlah kepala daerah menjadi salah satu topik yang dibahas mendalam saat rapat konsolidasi TPN Ganjar-Mahfud.
Menurut dia, Megawati menegaskan agar konsolidasi TPN Ganjar-Mahfud, partai pendukung dan relawan harus terus-menerus dilakukan agar semuanya siap.
Semua tindakan yang merugikan Ganjar-Mahfud dan para pendukungnya harus segera dilaporkan.
"Kalau ada kecurangan laporkan, ada kekerasan laporkan, ada tekanan laporkan, agar semua siap lahir batin," ujarnya.
Dia menambahkan, dalam rapat konsolidasi, juga dibahas bagaimana memberikan dukungan kepada pendukung Ganjar-Mahfud di daerah, termasuk para kepala daerah.
Hal itu, disebabkan ada laporan dari daerah bahwa mereka mendapat tekanan terkait kampanye Ganjar-Mahfud.
"Kita back up teman-teman di daerah agar tidak kecil hati. Karena ada laporan dari teman-teman di daerah kalau mereka ditelepon dan ada tekanan supaya jangan kenceng-kenceng, tapi kami sampaikan lawan itu. Jangan pernah takut," kata Ganjar.
Sebelumnya diberitakan Kompas.TV, tujuh anggota relawan Ganjar-Mahfud dikabarkan harus dirawat di rumah sakit usai diduga dianiaya sejumlah personel Kompi Senapan Yonif Raider 408/Suhbrastha di Boyolali, Sabtu (30/12/2023) akhir pekan lalu.
Baca Juga: Anies, Prabowo, Ganjar Adu Gagasan Berebut Suara Santri, Siapa Paling Relevan?
Komandan Kodim 0724/Boyolali Letkol (Inf) Wiweko Wulang Widodo menyebut penganiayaan terjadi karena tentara-tentara tersebut terganggu dengan suara knalpot brong yang dipakai para relawan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.