"Serangan kepada pengungsi ini bukanlah tindakan terisolasi, tetapi hasil dari kampanye misinformasi, disinformasi, dan ujaran kebencian terhadap pengungsi yang terkoordinasi secara daring sekaligus upaya fitnah untuk usaha Indonesia menyelamatkan jiwa-jiwa putus asa yang terkatung-katung di lautan," kata UNHCR dalam sebuah pernyataan, Rabu.
Baca Juga: Media Internasional Sorot Pengusiran Pengungsi Rohingya di Aceh
UNHCR menyebut banyak konten kebencian terkait Rohingya menggunakan gambar-gambar kecerdasan buatan (AI) dan disebarkan akun-akun bot.
"UNCHR mengingatkan siapa pun bahwa pengungsi anak-anak, perempuan, dan pria yang mencari perlindungan di Indonesia adalah korban persekusi dan konflik, juga penyintas dari perjalanan laut yang mematikan."
Dilansir Al Jazeera, Rohingya merupakan kelompok etnis mayoritas muslim, yang telah tinggal di Myanmar sejak ratusan tahun lalu. Saat ini, terdapat kurang dari satu juta orang Rohingya di Myanmar.
Meski sudah tinggal selama ratusan tahun di wilayah yang kini menjadi Myanmar, Rohingya tidak diakui sebagai satu dari 135 kelompok etnis di negara tersebut. Bahkan mereka tidak diberikan kewarganegaraan sejak 1982.
Sejak era 1970-an, sejumlah penindasan terhadap warga Rohingya di Negara Bagian Rakhine di Myanmar, memaksa ratusan ribu orang lari ke Bangladesh dan negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia dan Thailand.
Warga Rohingya yang mengungsi mengatakan aparat Myanmar melakukan pemerkosaan, penyiksaan, pembakaran hingga pembunuhan.
Pada Oktober 2016, terjadi pembunuhan terhadap sembilan polisi perbatasan. Pemerintah Myanmar menuding kelompok bersenjata Rohingya berada di balik pembunuhan tersebut.
Pemerintah Myanmar kemudian menerjunkan pasukan ke kampung-kampung di Rakhine. Dalam operasi tersebut, aparat Myanmar dituduh melakukan pembunuhan, pemerkosaan, hingga pembakaran. Tuduhan tersebut dibantah Myanmar.
Menurut data yang dihimpun Al Jazeera per 19 September 2017, sekitar 890.000 warga Rohingya mengungsi di Bangladesh. Sekitar 350.000 orang mengungsi di Pakistan, 200.000 di Arab Saudi, dan 150.000 di Malaysia.
Sementara ribuan lainnya tersebar di India, Uni Emirat Arab, Thailand, dan Indonesia.
Sumber : Kompas.com, Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.