JAKARTA, KOMPAS.TV - Langit Indonesia akan menjadi saksi puncak hujan meteor Alpha Monocerotids yang berlangsung dari malam Selasa (21/11/2023) hingga Rabu pagi 22 November.
Fenomena ini terjadi di tengah periode hujan meteor yang berlangsung dari 15 hingga 25 November, menurut informasi dari StarWalk.
Pusat Penelitian Antariksa BRIN Emanuel Sungging Mumpuni menekankan bahwa kondisi langit yang cerah dan tidak berawan adalah kunci utama untuk pengamatan yang optimal.
Baca Juga: Fenomena El Nino Berlangsung Maret-April 2024, Tak Kurangi Frekuensi Hujan
Ia menyarankan untuk mencari lokasi yang terbebas dari halangan pepohonan atau bangunan tinggi, serta menjauh dari cahaya buatan seperti lampu jalan atau bangunan yang bisa mengurangi visibilitas.
"Bisa, asal cerah tidak berawan," kata Emanuel dikutip dari Kompas.com, Sabtu (18/11/2023).
Peneliti Astronomi dan Astrofisika di BRIN Clara Yono Yatini menjelaskan bahwa hujan meteor terjadi ketika Bumi, dalam lintasannya mengelilingi Matahari, melewati area yang banyak mengandung puing-puing komet.
Baca Juga: Fenomena Astronomi November 2023: Banyak Hujan Meteor, Catat Tanggalnya
Ketika memasuki atmosfer Bumi, puing-puing ini terbakar dan menciptakan penampakan yang mirip "bintang jatuh".
"Hujan meteor terjadi saat Bumi pada lintasan orbit mengelilingi Matahari bertemu dengan daerah yang banyak puing-puing sisa komet," jelasnya.
Baca Juga: Penampakan Meteor di Langit Yogyakarta, Warga Sempat Mengira Itu Banaspati
Menurut SkyandTelescope, komet yang menjadi sumber Alpha Monocerotids belum teridentifikasi dengan pasti, namun diduga berasal dari komet dengan periode orbit sekitar 500 tahun.
Nama "Alpha Monocerotids" berasal dari konstelasi Monoceros, atau Unicorn, dimana titik radian meteor ini terletak.
Baca Juga: Soal Benda Langit yang Muncul di Yogyakarta, BRIN Sebut Meteor Sporadik, Apa Itu?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.