YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Organisasi Muhammadiyah meluncurkan Muhammadiyah Climate Center dalam acara "Global Forum for Climate Movement: Promoting Green Culture, Innovation and Cooperation" di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Sabtu (18/11/2023).
Forum ini menghasilkan seruan aksi mengatasi perubahan iklim dengan komitmen kerja nyata di empat area.
Yakni membangun budaya hijau; inovasi dalam ketahanan iklim; strategi, inisiatif, serta kerangka hukum dan pendanaan untuk adaptasi; dan pendekatan kolaboratif untuk masa depan yang hijau.
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Hubungan dan Kerja Sama Internasional, Syafiq A. Mughni menyebut forum ini memberi inspirasi bagi para pihak untuk bertindak terkait perubahan iklim.
Ia menyebut terdapat tiga hal yang menjadi pembicaraan utama di forum tersebut, yakni budaya hijau, inovasi, dan kolaborasi.
Baca Juga: MCCCRH Indonesia Node: Dampak Perubahan Iklim Kian Mengkhawatirkan, Politisi Masih Minim Bicara
“Dalam mempromosikan budaya hijau, kami mendiskusikan upaya-upaya yang bisa merubah perilaku masyarakat, dan membangun kesadaran untuk bersama menyelamatkan planet bumi di mana kita hidup bersama,” kata Syafiq dalam rilis yang diterima Kompas TV.
"Kita semua punya kelebihan dalam berbagai bidang. Kolaborasi dengan berbagai lembaga yang berkiprah di dalam hal yang sama, akan membuat gerakan ini lebih kuat,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI, Umar Hadi menekankan urgensi aksi nyata berkelanjutan untuk mengatasi tantangan iklim.
Salah satu aksi nyata tersebut menurutnya adalah pembentukan Muhammadiyah Climate Center.
Umar juga menekankan pentingnya setiap negara berperan sesuai kapasitasnya dalam semangat kemitraan agar dapat menyiasati keterbatasan sumber daya yang ada, dan keperluan akan pendekatan multi-pihak dari seluruh lapisan, pemerintah, organisasi internasional, lembaga swadaya masyarakat, swasta, dan lembaga keagamaan serta komunitas lokal.
“Kami di Kemlu melihat Muhammadiyah punya sumberdaya intelektual yang sangat besar. Bayangkan dari 172 universitas, di UAD saja, berapa sarjana, berapa intelektual yang ada di sini," kata Umar.
"Kalau sebagian mau mencurahkan perhatiannya untuk mengatasi persoalan ini, kita bisa beradaptasi untuk mengatasi problem yang diakibatkan perubahan iklim. Manusia harus bertumpu pada inovasi, tempat yang paling baik melakukan inovasi ya universitas,” lanjutnya.
Baca Juga: Saat Jokowi Tak Menyangka Perubahan Iklim Jadi Nyata: Mau Impor Beras Saja Sulit
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.