JAKARTA, KOMPAS.TV - Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) mengungkapkan sejumlah faktor yang memengaruhi usulan biaya haji 2024.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI Hilman Latief mengatakan, pemerintah mempertimbangkan kurs asing hingga jumlah layanan untuk jemaah.
"Ada beberapa faktor yang kami lihat ya, nanti berpengaruh pada pembiayaan. Pertama tentu saja karena semua kegiatan itu diselenggarakan di luar negeri karena itu biaya menggunakan kurs asing," ucapnya, Rabu (15/11/2023).
Ia menyebut, Kemenag memantau fluktuasi dollar Amerika Serikat sejak Maret hingga Mei 2023.
"Kemarin kami berdiskusi dengan berbagai pihak, kami ajukan (kurs dollar -red) 16.000 tapi nanti kita akan lihat seperti apa sebetulnya kurs dollar itu," jelasnya, sebagaimana dilaporkan jurnalis Kompas TV Thifal Solesa.
Baca Juga: DPR Optimistis Biaya Haji 2024 yang Diusulkan Kemenag Masih Bisa Lebih Terjangkau
Pembayaran biaya haji yang menggunakan kurs riyal Arab Saudi, kata dia, sangat dipengaruhi oleh naik-turunnya nilai dollar AS.
Selain fluktuasi kurs asing, Hilman menerangkan, jumlah atau kuantitas layanan juga memengaruhi usulan biaya haji tahun depan.
"Kuantitas layanan ini kami perbaiki, tahun ini yang sebelumnya misalnya tahun lalu anggaran makannya kan terbatas, nah kami ingin standarkan untuk layanan makan tiga kali makan," ujarnya.
Ia mengungkapkan, jadwal makan jemaah haji yang sebelumnya hanya dua kali, pada tahun 2024 akan ditambah menjadi tiga kali.
"Kelihatannya untuk tahun depan kami harapkan juga makannya bisa lebih baik untuk pagi, siang, malam. Itu standar semualah untuk masyarakat Indonesia," jelasnya.
Faktor lain yang juga menjadi pertimbangan Kemenag untuk merumuskan usulan biaya haji 2024 ialah inflasi.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.