JAKARTA, KOMPAS.TV- Bakal calon presiden dan bakal calon wakil presiden Ganjar Pranowo Mahfud MD tolak pasang target turunkan angka kemiskinan yang tidak realistis pada Pilpres 2024.
Sebagai informasi pasangan Ganjar Mahfud hanya menargetkan angka kemiskinan di Indonesia turun 2,5 persen hingga 2029.
"Saya rasa ini hal yang sifatnya realistis ya dalam konteks program atau visi misi yang ditawarkan itu kan kita tidak bicara soal program di langit yang kemudian tidak bisa dijangkau dan kemudian tidak visible," kata Anggota Tim Pemenangan Pemilu Ganjar Mahfud, Tama S Langkun dalam dialog Sapa Indonesia Pagi KompasTV, Jumat (27/10/2023).
"Artinya kalau kemudian itu hanya bicara soal wilayah itu, itu akan sama saja dengan sebelum-sebelumnya karena ada banyak juga hal-hal yang ditargetkan tapi tidak tercapai, nah kita nggak mau itu."
Baca Juga: Mantan Penyidik KPK: Firli Jangan Main Diksi “Corruptor Fight Back”, Pemerasan Adalah Tindak Pidana
Oleh karena itu, kata Tama, sebelum tim pemenangan Ganjar-Mahfud bicara program ada tiga pondasi besar yang disiapkan.
"Pertama adalah soal pelipatangandaan anggaran, inilah yang kemudian harus dikunci jadi penopang sebelum kita bicara programnya. Ada pemberantasan korupsi, ada juga digitalisasi birokrasi. Jadi tiga ini menjadi pondasi sehingga apa yang kita targetkan itu bisa kita capai, termasuk menjawab soal dari mana anggarannya," jelas Tama.
"Nah dalam konteks pelipatangandaan anggaran itu kan juga ada banyak hal yang dikejar, misalnya soal ekonomi biru, ekonomi hijau, meningkatkan ekosistem, soal digitalisasi, nah ini yang kemudian kita harapkan menjadi pendapatan baru di samping yang sudah ada sekarang, ini yang kita mau optimalkan sehingga kita bisa menaikkan anggaran."
Ketika anggaran sudah ada, lanjut Tama, baru kemudian nanti diatur dalam bentuk program-program. Seperti soal kemiskinan yang butuh tahapan-tahapan untuk hal-hal yang diperbaiki.
Baca Juga: Mentan Amran Minta Ada Pegawai KPK Ditempatkan di Kementan: Awasi Jalannya Pembangunan Pertanian
"Apa yang diperbaiki, saya rasa semua hal akan diperbaiki dari mulai birokrasinya, kemudian bagaimana penggajiannya, pendistribusiannya termasuk program-program soal kemiskinan misalnya soal kita berharap keluarga miskin ada satu sarjana, itu kemudian yang kita coba," kata Tama.
"Bagaimana caranya, tentu ada penyediaan mulai dari beasiswa kemudian masif tapi terarah, kemudian juga isu kesehatannya, bagaimana kemudian satu desa itu ada satu puskesmas atau dokter, ini juga terus kita dorong."
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.