JAKARTA, KOMPAS.TV - Peneliti Politik ISEAS-Yusof Ishak Institute Singapura, Made Supriatma meminta masyarakat berpikir lebih jauh untuk mendukung Gibran Rakabuming Raka menjadi bakal Cawapres Prabowo Subianto.
Made menjelaskan sejauh ini langkah Gibran maju sebagai kandidat di Pilpres 2024 terbentur aturan batas usia dalam Pasal 169 huruf q UU Pemilu.
Menurut Made jika nantinya Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan gugatan uji materi batas usia Capres-Cawapres, pintu buat Gibran menjadi kontestan di Pilpres 2024 terbuka dan Prabowo bersama Koalisi Indonesia Maju menjadi pihak yang akan menerima Gibran.
Jika hal itu terjadi, sambung Made, masyarakat harus siap menghadapi risiko dan konsekuensi yang bisa saja terjadi jika mereka terpilih.
Pertama, Prabowo merupakan bakal Capres yang paling senior dibanding ketiga bakal Capres lain. Pada 17 Oktober 2023 nanti, Prabowo genap berumur 72 tahun, usia yang rentan akan kesehatan.
Baca Juga: Bacapres Prabowo Subianto Terang-terangan Tunggu Putusan MK soal Batas Usia Capres-Cawapres!
Kedua, Prabowo memiliki riwayat stroke. Semakin bertambah usia, risiko penderita stroke juga lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
"Kita tidak bisa menafikkan konsekuensinya, risikonya. Kalau terjadi apa-apa dengan presiden kemudian Gibran harus mengambil alih kekuasaan dengan umur yang muda, pengalaman yang minim apakah itu tidak akan menimbulkan krisis di negara ini," ujar Made di program Rosi KOMPAS TV, Kamis (12/10/2023) malam.
Made menambahkan jika hal itu terjadi, maka semakin besar konsekuensi yang harus dihadapi oleh Gibran.
Banyak yang menilai, terutama pendukung Jokowi melihat Gibran adalah sosok yang bisa meneruskan kebijakan dan program dari Jokowi. Pertanyaannya apakah Gibran bisa memerintah.
Menurut Made kemungkinan Gibran bisa memerintah atau tidak menjadi persoalan serius. Sebab selain minim pengalaman, Gibran anak Jokowi tetapi bukan Jokowi.
Baca Juga: Gibran Rakabuming Ungkap Prabowo Berkali-kali Memintanya Jadi Cawapres
Ia mengakui dalam memimpin pemerintahan, presiden didampingi penasihat untuk memberi masukan kepada kepala negara dalam mengambil keputusan.
Yang menjadi pertanyaaan, sambung Made, apakah para pemain-pemain politik besar yang benar-benar menguasai partai, menguasai sumber kekuatan politik di Tanah Air akan berdiam diri.
"Semua kekuatan-kekuatan politik ini akan berlomba-lomba untuk mengontrol presiden yang tidak berpengalaman," ujar Made.
"Jokowi didampingi begitu banyak penasihat dan dia bisa menyerap itu. Untuk orang yang tidak memiliki pengalaman ini apakah mampu menyerap, saya meragukan itu dan mengkhawatirkan krisis dan chaos akan terjadi. Mudah-mudahan tidak," ujar Made.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.