JAKARTA, KOMPAS TV - Elektabilitas Menteri BUMN Erick Thohir tertinggi sebagai bakal cawapres di Pilpres 2024 mendatang. Hal itu terekam dalam survei teranyar yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, tingkat elektabilitas ketua umum PSSI itu dalam simulasi semiterbuka terhadap 22 tokoh mencapai 18,5 persen.
Raihan itu menempatkannya pada posisi teratas yang disusul oleh Gubernur Jawa Barat yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ridwan Kamil (16,9 persen); Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sekaligus Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sandiaga Salahuddin Uno (11,8 persen); serta Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (11,4 persen).
Baca Juga: Apa Saja 4 Syarat Jika Erick Thohir Terpilih Jadi Bakal Cawapres? Pertama, Tak Mau 'Kawin Paksa'
"Data memperlihatkan jelas, sebelum menjadi ketua umum PSSI dan tim nasional meraih emas di Kamboja, elektabilitas Erick ada di peringkat kelima. Tapi, setelah ia jadi Ketua Umum PSSI dan meraih emas, elektabilitasnya meningkat tajam," kata Burhanuddin seperti dikutip dari Kompas.id, Minggu (23/7/2023).
Merujuk survei yang sama, tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Erick sebagai Ketua Umum PSSI mencapai 92,7 persen, naik dari kepuasan pada April lalu yang sebesar 73,6 persen.
Di antara kedua survei itu, tim nasional sepak bola Indonesia meraih medali emas dalam ajang SEA Games Kamboja, Mei 2023. Perolehan emas itu pertama kalinya setelah terakhir tim nasional sepak bola mendapatkan emas pada SEA Games 1991 di Filipina.
Burhanuddin mengatakan, mayoritas pemilih Erick adalah anak muda, yakni kelompok milenial dan generasi Z.
Survei merekam, dukungan terhadap Erick dari generasi Z, yakni kelompok pemilih berusia kurang dari 26 tahun, mencapai 26,5 persen.
Adapun dari milenial, generasi yang berusia 27-42 tahun, porsinya mencapai 20,7 persen. Persentase itu sekaligus menempatkan Erick sebagai sosok cawapres yang paling banyak dipilih oleh milenial dan generasi Z.
Ia menambahkan, pilihan anak muda di pesta demokrasi amat menentukan. Sebab, berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), dari total 204 juta pemilih, sebanyak 107 juta pemilih atau separuhnya berusia di bawah 40 tahun.
Selain itu, selama ini isu dan aspirasi anak muda umumnya masih diabaikan oleh partai politik.
Padahal, milenial dan generasi Z merupakan kelompok pemilih kritis yang jika aspirasinya terus-menerus diabaikan bakal berimbas pada rendahnya partisipasi politik mereka.
Baca Juga: Erick Thohir Tunggu Arahan Presiden soal Bakal Cawapres, Pengamat: Faktor “Jokowi Effect”
”Kalau anak muda tidak aktif secara elektoral (saat ini), itu akan berlanjut hingga saat mereka dewasa. Oleh karena itu, kita (para pemangku kepentingan) perlu mengajak anak muda untuk membicarakan politik terkait dengan nasib bangsa dan nasib mereka juga ke depan, terutama terkait dengan regenerasi kepemimpinan ke depan,” kata Burhanuddin.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.