JAKARTA, KOMPAS.TV - Hubungan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dan Presiden Jokowi yang juga kader PDI Perjuangan sedang tidak harmonis.
Penyebabnya, Nasdem terang-terangan mendukung mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden. Meski mengaku tetap setia dengan pemerintahan Jokowi-Ma'ruf, perpecahan itu tak dapat dihindari.
Pekan lalu dalam acara pertemuan dengan enam ketua umum parpol, Nasdem tidak diundang. Kata Jokowi, karena Nasdem sudah punya koalisi sendiri.
Namun Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh justru menyayangkan sikap Jokowi yang disebutnya mempertajam perbedaan pandangan. "Apa arti revolusi mental yang dikatakan Presiden Jokowi? Kan membangun perubahan yang berarti dengan cara dan sistem berpikir kita," ujar Surya Paloh dalam wawancara ekslusif di progam Ni Luh, KOMPAS TV, Senin (8/5/2023).
Baca Juga: Surya Paloh Akui Koalisi Parpol Pro Anies Kerap Diganggu: Karena Dikhawatirkan, Ada Sesuatu
Surya Paloh mengakui, tidak mudah menjalankan sesuatu rencana dan niat baik. Namun, hal tersebut disebutnya merupakan sebuah tantangan dan menjadi pilihan utama.
Paloh juga terang-terangan koalisinya sering diganggu. "Coba enggak ada harganya, untuk apa diganggu? Karena dikhawatirkan, karena ada sesuatu yang diperlukan. Coba kita tidak punya value, tidak punya nilai, siapa yang mau datang?" ujar Surya Paloh.
Padahal, kontribusi Nasdem terhadap dukungan Jokowi selama dua periode (2014-2019) tak diragukan. Untuk kilas balik, Nasdem resmi berkoalisi dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden 2014.
Surya Paloh mengatakan, kesepakatan itu diambil sambil menunggu hasil penghitungan resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU). "Kami, Partai Nasdem, sepakat merapatkan barisan persiapan mendukung calon presiden dari PDI-P yang tepat berada di samping kanan saya, Mas Joko Widodo," kata Surya Paloh dalam konferensi persnya di kantor DPP Nasdem, Jakarta Pusat, Sabtu 12 April 2014.
Menurut Paloh, keputusan Nasdem untuk berkoalisi dengan PDI-P karena sama-sama memiliki platform dan garis perjuangan untuk melakukan perubahan serta restorasi bangsa Indonesia menjadi yang lebih baik lagi. Selain itu, Nasdem juga bertekad untuk membuat Indonesia menjadi Indonesia Hebat sesuai dengan tagline yang diusung PDI-P.
Bukan hanya itu, ketika isu tiga periode ramai jadi pembicaraan, Paloh termasuk yang berani pasang badan. "Kalau saja konstitusi kita tidak membatasi masa jabatan presiden itu hanya dua kali, saya tidak perlu lagi menjawab pertanyaan para kader partai ini, siapa calon presiden kita ke depan sesudah Jokowi. Siapa? Karena pasti iramanya, tone-nya sama dari atas sampai bawah, dari pimpinan sampai kader paling terendah, jawabannya satu, ya pasti Jokowi kembali," kata Paloh di Peringatan HUT ke-10 Partai Nasdem, Kamis 11 November 2021 silam.
Baca Juga: Partai NasDem Siap Keluar dari Kabinet Jika Jokowi Tidak Butuh Lagi
Namun kini keduanya berbeda jalan. Masa-masa mesra keduanya tampaknya segera berakhir karena perbedaan pilihan politik.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.