JAKARTA, KOMPAS.TV - Gerhana matahari berhubungan dengan penentuan awal bulan Syawal atau Idulfitri 1444 berdasarkan hisab wujudul hilal.
Gerhana matahari terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Posisi ini terjadi ketika bulan baru, yaitu saat matahari dan bulan mengalami konjungsi (ijtimak).
Berdasarkan konsep tersebut, bisa dipastikan bahwa gerhana matahari terjadi ketika bulan baru. Akan tetapi, belum tentu terjadi gerhana matahari setiap fase bulan baru.
Melansir situs Muhammadiyah, Selasa (18/4/2023), umumnya apabila hari ini terjadi gerhana matahari, maka besok sudah masuk bulan baru hijriah.
Akan tetapi kembali lagi kepada waktu terjadinya gerhana. Jika gerhana terjadi pada pagi sampai siang hari, maka besok kemungkinan besar sudah bulan baru, karena tinggi hilal sudah berada di atas ufuk.
Apabila gerhana matahari terjadi ketika sore, maka hilal kemungkinan masih di bawah ufuk dan keesokan harinya belum masuk bulan baru.
Baca Juga: 4 Tips Aman Lihat Gerhana Matahari pada 20 April, Jangan Lihat Langsung!
Tinggi hilal pada tanggal 29 Ramadan 1444 H bertepatan dengan tanggal 20 April 2023, yakni hari terjadinya gerhana matahari, di Banda Aceh adalah 2°21,39’.
Tinggi hilal tersebut sudah cukup masuk kriteria hisab hakiki wujudul hilal, sehingga pada tanggal 21 April 2023 sudah dianggap bulan Syawal. Akan tetapi, tinggi hilal tersebut belum memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) yang mensyaratkan tinggi hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.
Oleh karena itu, apabila menggunakan metode rukyatul hilal, bulan baru Syawal akan dimulai pada 22 April 2023.
Perbedaan metode penentuan awal bulan, yakni wujudul hilal dan rukyatul hilal itu akan mengakibatkan perayaan Hari Raya Idulfitri nanti tidak dilaksanakan secara serentak.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.