JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia, Djayadi Hanan, meyakini Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan berkoalisi untuk menghadapi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Menurut Djayadi, saat ini PDIP merupakan satu-satunya partai politik (parpol) yang memiliki golden ticket untuk mengajukan calon presiden (capres) calon wakil presiden (cawapres) sendiri.
“PDIP itu kan punya golden ticket sekaligus juga punya bakal capres yang elektabilitasnya tinggi, meskipun belakangan agak turun,” tuturnya dalam Satu Meja The Forum, Kompas TV, Rabu (12/4/2023).
Meski memiliki golden ticket dan bisa mengusung sendiri bakal capres-cawapres, berdasarkan sejarah PDIP dalam pemilu, menurut Djayadi, PDIP selalu berkoalisi.
Baca Juga: Tanggapi Pertanyaan PDIP Ditinggalkan Koalisi Besar, Eriko Sotarduga: Tergantung Keputusan Ibu Ketum
“Kalau kita lihat sejarah, PDIP tidak pernah tidak berkoalisi, sejak 2004 sampai dengan 2019, cuma masalahnya berkoalisi dengan siapa, itu yang menjadi pertanyaan kan.”
Jika nantinya PDIP tidak bergabung dengan Koalisi Besar, Djayadi berpendapat, tidak menutup kemungkinan partai berlambang kepala banteng itu akan berkoalisi dengan parpol nonparlemen.
“Kalau memang tidak bisa dengan Koalisi Besar, mungkin PDIP akan mengajak partai di luar parlemen misalnya, ada PSI, ada PBB, dan sebagainya.”
“Yang pasti, menurut saya PDIP pasti berkoalisi, cuma apakah berkoalisinya dengan koalisi besar atau salah satu atau salah dua dari koalisi besar, itu yang masih (akan) kita lihat,” imbuhnya.
Mengenai perjalanan Koalisi Besar dalam menentukan capres atau cawapres ke depannya, Djayadi menilai jalannya juga tidak akan selalu mulus.
Jika elektabilitas Prabowo Subianto tetap tinggi seperti saat ini, mungkin tidak akan sulit bagi Koalisi Besar dalam menentukan capresnya.
Baca Juga: Waketum Golkar Tolak PDIP Gabung Koalisi Besar
Tapi, tetap akan ada kendala atau kesulitan dalam menentukan cawapres bagi Prabowo, karena ada sejumlah nama yang muncul.
“Dalam pandangan saya, koalisi besar yang sekarang sudah mulai terbentuk itu sebetulnya tidak akan selalu mulus juga.”
“Kenapa? Mungkin dalam penentuan capres, sepanjang elektabilitas Pak Prabowo tinggi seperti sekarang, mungkin capresnya tidak susah untuk ditentukan tapi penentuan cawapres akan menjadi lebih berat,” urainya menegaskan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.