JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua DPP Perindo Michael Sianipar blak-blakan, ia melihat fakta yang terjadi menuju pemilu 2024, sejumlah rekan dan politisi muda yang ia kenal dan sekarang duduk di parlemen was-was dan takut.
Alasannya, kata dia, terkait dengan wacana sistem pemilu 2024 yang masih samar, serta ada kemungkinan berubah jadi sistem proporsional tertutup dan disahkan.
Eks petinggi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DKI Jakarta itu lantas menyebut, jika sistem itu diketok palu, maka ia dan anak muda lainnya potensi bisa duduk di parlemen kecil.
Michael menyebut, jika proporsional terbuka resmi tidak dipakai lagi, rekannya sesama politisi muda was-was karena efek senioritas di partai besar.
Hal itu diungkap Michael Sianipar dalam Konferensi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik II: Demokrasi anak muda dan pemilu 2024 yang digelar oleh Center For Strategic And International Studies (CSIS), Selasa (14/3/2023).
"Dulu saya pernah nyaleg, dulu daftar antrian panjang sekali. Kalau partai kader, sistem bagus, tapi antrenya panjang. Ada yang dicalonkan ya yang dekat ama bos-bosnya, pemilk partai," papar Michael, Selasa.
Baca Juga: Wacana Prabowo-Ganjar Kencang, Bambang Pacul: Berkali-kali, Capres PDIP dari Kader Sendiri
Maka dari itu, katanya, banyak sejawatnya baik di DPR RI ataupun di daerah menyebut sistem proporsional tertutup sangat merugikan hak politik anak muda.
"Sekarang saya harus bicara blak-blakan, harus keras, apa yang sekarang juga masalah besar. Sekarang ini pemilu terbuka tertutup masih belum jelas," tambahnya.
"Ada gosip politik, jangankan bicara pemuda, teman-teman saya yang pemuda ausianya di bawah 30 tahun waswas, mereka khawatir kalau pemilu tertutup. Kemudian nanti karena senioritas, mereka jauh di bawah dalam pemilu," paparnya.
Baca Juga: Michael Sianipar Mengundurkan Diri dari Ketua DPW PSI Jakarta, Kini Diganti Grace Natalie
"Kalau terbuka, kita masih kesempatan, 60 persen pemilih kan pemuda," jelasnya.
"Artinya, misalnya, saya paling bontot, karena isu saya ngangkat misalnya, optimisme dan terpilih. Kalau sistem tertutup, ya ngapain kita capek-capek," tambahnya.
Jika sistem proporsional terutup, lanjtunya, maka yang jadi di parlemen adalah mereka yang disebut senior di partai dan tentu itu merugikan anak muda yang ingin terjun ke politik.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.