JAKARTA, KOMPAS.TV- Haji Agus Salim, pahlawan nasional yang jasa besarnya bagi negara ini tak diragukan, seperti enggan menikmati kekayaan sebagai pejabat negara.
Profesor William Schermerhorn, salah seorang pemimpin delegasi Belanda dalam perundingan Linggarjati, memiliki penilaian khusus tentang sosok Menteri Luar Negeri di awal kemerdekaan ini.
Menurut dia, Agus Salim adalah sosok orang yang sangat pandai, jenius dan menguasai sembilan bahasa. Tapi dia punya satu kelemahan, "yaitu selama hidupnya melarat," tulis Prof Schermerhorn dalam catatan hariannya, Senin malam 1 Oktober 1946.
Baca Juga: Selain Proklamasi, Ada 10 Pahlawan Nasional Lahir Agustus, dari Mohammad Hatta hingga Ibu Tien
Kemelaratan Agus Salim sudah dikenal di kalangan sesama sahabat dan pejabat kala itu. Bukan untuk menyembunyikan kekayaan, namun menang benar-benar tidak punya keberlimpahan harta.
Mohammad Roem yang pernah duduk sebagai Wakil Perdana Menteri, sahabat sekaligus "anak didik" Salim, pernah menuliskan kenangan pada Salim dalam sebuah catatan berjudul "Haji Agus Salim" yang termaktub dalam buku " Seratus Tahun Haji Agus Salim" (Pustaka Sinar Harapan, 1996). Pada suatu kesempatan di tahun 1925, Roem dan beberapa sahabat sengaja bertandang ke rumah Agus Salim di Tanah Tinggi, Jakarta Pusat. Mereka pergi memakai sepeda.
Sampai Stasiun Senen, jalan sudah diaspal, tetapi seterusnya masih tanah dan banyak berlubang.
"Melalui jalan itu dengan sepeda seperti duduk di perahu di atas air yang berombak," kata Roem. Tanah Tinggi masih kampung yang becek.
Padahal, sosok Agus Salim kala itu, sudah sangat dikenal sebagai tokoh pergerakan dan pemimpin Sarekat Islam. Banyak tokoh berguru padanya, termasuk Presiden Soekarno.
Cukup lama Salim berpindah kontrakan rumah. Namun hal itu tak pernah mengubah sikapnya yang ceria.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.