JAKARTA, KOMPAS.TV – Ferdy Sambo, tervonis kasus pembunuhan berencana Brigadir J atau Nofriansyah Yosua Hutabarat, dinilai mengalami post power syndrome.
Analisis itu disampaikan pakar gestur dan mikroekspresi Monica Kumalasari dalam Breaking News Kompas TV, Senin (13/2/2023).
Monica membahas gestur Ferdy Sambo selama sidang pembacaan vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin.
Berdasarkan pengamatannya, post power syndrome masih melekat pada diri Ferdy Sambo, meski ia sudah lelah dan pasrah dengan kondisinya sekarang.
“Jadi kalau saya amati, ini masih melekat ada post power syndrome, karena sebetulnya Ferdy Sambo ini sudah juga lelah atau pasrah dengan kondisinya sekarang,” tuturnya.
“Tapi sepanjang persidangan, kita lihat ada kedipan mata yang meningkat. Itu tanda bahwa seseorang itu stres.”
Baca Juga: Hakim Nilai Alibi Putri Candrawati yang Tak Tahu Soal Penembakan Yosua Tidak Masuk Akal
Monica menjelaskan, stres yang dirasakan mantan Kadiv Propam Polri tersebut dapat dilihat dari caranya duduk.
“Ketika seseorang itu stres, maka pundaknya juga akan naik. Ketika beliau seperti ini duduknya (menangkupkan kedua telapak tangan dan menyandarkan siku di sandaran siku kursi), itu merupakan bahasa nonverbal.”
“Beliau bisa memilih untuk ditumpangkan di atas pangkuan di pahanya, tapi yang dipilih adalah di sandaran kursi,” lanjutnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.